Kamis 12 Dec 2019 05:15 WIB

Ketika Seorang Nasrani Membenarkan Kerasulan Muhammad SAW

Kebenaran tentang kerasulan Nabi Muhammad SAW terdapat pada kitab suci Nasrani.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Kawasan Raudhah dan koridor di depan Makam Rasulullah SAW kian padat menyusul makin banyaknya jamaah haji yang tiba di Madinah, Selasa (24/7). Para jamaah berebut mengunjungi tempat yang disebut penuh berkah tersebut.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Kawasan Raudhah dan koridor di depan Makam Rasulullah SAW kian padat menyusul makin banyaknya jamaah haji yang tiba di Madinah, Selasa (24/7). Para jamaah berebut mengunjungi tempat yang disebut penuh berkah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul 'Uzza adalah satu di antara orang-orang yang pertama kali membenarkan tentang kerasulan Muhammad SAW. 

Waraqah, seorang Nasrani yang merupakan sepupu tertua dari jalur ayah Khadijah tak sedikitpun ragu ketika mendapatkan kabar tentang kerasulan Nabi. Dia meyakini Muhammad adalah utusan Allah SW yang terakhir seperti tertulis dalam Injil.   

Baca Juga

Berawal ketika Allah SWT melalui malaikat Jibril menurunkan wahyu pertama kepada Rasulullah di Gua Hira. Yakni surah al-Alaq ayat 1 sampai 5. 

Setelahnya, Rasulullah bergegas pulang ke rumahnya dan menemui istrinya Khadijah. Keagungan wahyu yang diturunkan Allah SWT itu menggetarkan Rasulullah. Penuh kekhawatiran, Rasul pun meminta Khadijah untuk menyelimutinya.  

Rasul pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya kepada Khadijah. Setelah mendengarkan peristiwa yang dialami Nabi, Khadijah mengajak suaminya menemui putra pamannya yakni Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul 'Uzza yang menulis kitab Injil dalam bahasa Ibrani. 

Setelah Rasulullah bertemu dengan Waraqah, Rasul pun menceritakan kembali tentang peristiwa yang dialaminya. Waraqah pun meyakini dan membenarkan kerasulan Nabi dan menyatakan apa yang dialami Nabi Muhammad sama seperti yang telah diturunkan Allah kepada Nabi Musa. 

Waraqah menjelaskan pada Nabi bahwa Nabi Muhammad akan disakiti dan diusir kaumnya. "Ini adalah Namus, seperti yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Duhai seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu. 

Seandainya aku ada saat itu, pasti aku akan menolongmu dengan sekemampuanku," kata Waraqah. 

Namun Waraqah tak mengalami masa-masa yang telah diucapkannya di mana kaum kafir Quraisy menyakiti Nabi setelah mendapatkan wahyu. Sebab Waraqah terlebih dulu meninggal dunia.   

Kesaksian Waraqah tentang kerasulan Muhammad SAW ini dapat ditemukan dalam hadis Nabi Muhammad SAW dalam kitab Shahih al Bukhari. Hadis ini juga diriwayatkan  Abdullah bin Yusuf, Abu Shalih, dan Hilal bin Raddad dari az-Zuhri.  

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement