REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Koordinator khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Timur Tengah, Nikolay Mladenov mengatakan, Israel telah menyetujui rencana untuk membangun 22 ribu permukiman di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur selama tiga tahun terakhir. Bahkan, Israel telah meluncurkan penawaran terhadap 8.000 unit rumah lainnya.
Mladenov menambahkan, pada bulan ini, Israel telah mengirim buldoser untuk menghancurkan delapan properti milik Palestina. Hal itu menyebabkan 20 orang dipaksa untuk pindah.
"Pembongkaran dan penyitaan berkelanjutan atas struktur Palestina, termasuk proyek-proyek kemanusiaan yang didanai internasional. Ini tidak sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional dan harus dihentikan," ujar Mladenov dilansir Anadolu Agency.
"Tingginya jumlah rumah tangga Palestina di Yerusalem Timur dengan kasus penggusuran terhadap mereka sangat mengkhawatirkan. Israel sebagai pihak yang menduduki harus mematuhi kewajibannya di bawah hukum humaniter internasional," kata Mladenov melanjutkan.
Hingga saat ini diperkirakan sekitar 430 ribu pemukim Israel tinggal di Tepi Barat. Sebanyak 220 ribu di antaranya berada di Yerusalem Timur dan 132 tinggal di pemukima resmi, serta 121 berada di pemukian tidak resmi. Sementara itu, sekitar 3 juta warga Palestina tingga di seluruh Tepi Barat.
Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyadh Mansour mengatakan, Palestina akan menyambut Tahun Baru 2020 dengan perambahan wilayah yang terus dilakukan oleh Israel. Mansour menyebut, tindakan Israel tersebut sebagai sebuah cobaan yang tidak ada akhirnya.
"Tujuan kebijakan ini sangat jelas, memperoleh tanah Palestina secara maksimum dengan penduduk Palestina yang minim. Aneksasi ilegal atas tanah Palestina bukanlah hasil tak terduga dari pendudukan Israel, itu adalah tujuan menyeluruhnya," ujar Mansour.
Mansour mengatakan, pembangunan permukiman Israel di tanah mereka telah menjadi kendala untuk menciptakan Palestina yang merdeka di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Ketiga wilayah tersebut telah direbut oleh Israel dalam perang 1967.