REPUBLIKA.CO.ID, oleh Umi Nur Fadhilah dan Dedy Darmawan Nasution
PARIS — Katedral Notre Dame Prancis tidak menyelenggarakan kebaktian Natal pada Rabu (25/12) untuk pertama kalinya dalam 200 tahun. Katedral katolik sejak abad pertengahan itu diperkirakan tidak akan pulih pascakebakaran hebat yang menghancurkan atap dan puncak menara ikoniknya.
Pendeta administrasi senior katedral, Monsinyur Patrick Chauvet mengatakan gereja yang berusia lebih dari 800 tahun itu telah dibiarkan begitu rapuh. “Sehingga ada kemungkinan 50 persen tidak bisa diselamatkan,” kata Chauvet dilansir dari USA Today, Kamis (26/12).
Dia memperkirakan restorasi tidak akan dimulai pada tahun ini, karena masih adanya pekerjaan konservasi untuk menyelamatkan struktur. Katedral besar itu gelap dan kosong pada hari Natal.
Layanan diadakan satu mil jauhnya di Saint-Germain l'Auxerrois, yakni sebuah gereja dengan sejarahnya yang terkenal sejak abad ketujuh. Sebuah panggung liturgi kayu dibangun di Saint-Germain menyerupai Notre Dame. Kemudian, paduan suara katedral bernyanyi pada Misa tengah malam.
Pada 15 April 2019, jutaan orang di seluruh dunia menyaksikan bagaimana api dan asap keluar dari Katedral Notre Dame. Api yang menyala selama berjam-jam, hampir tak terkendali meskipun ratusan petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkannya. Dalam beberapa hari, lebih dari 1 miliar dolar AS terkumpul untuk membiayai rekonstruksi Katedral Notre Dame.
Puluhan ribu tabung perancah telah berbaris di gereja, ketika kebakaran terjadi. Beberapa rusak, dan pekerja telah dengan hati-hati melepaskan perancah yang rusak sambil berusaha untuk tidak melemahkan struktur.
"Kita harus menghapus sepenuhnya perancah untuk membuat bangunan itu aman," ujar Chauvet.
Sayangnya, pada Agustus lalu, otoritas Paris menutup jalan-jalan di sekitar katedral untuk mendekontaminasi temuan kadar timah yang tinggi di daerah tersebut. Katedral mengadakan kebaktian sederhana pada Juni di Kapel Perawannya, menandai 850 tahun sejak pentahbisan altar katedral. Sebanyak 30 jemaat berkumpul mengenakan topi di bawah lubang menganga.
Chauvet percaya, jika struktur katedral bertahan, maka akan aman bagi wisatawan pada 2024. Namun, dia memperkirakan renovasi penuh akan memakan waktu lebih lama.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menetapkan 2024 sebagai batas waktu penyelesaian rekonstruksi, meskipun para ahli ragu dapat menyelesaikan sesuai batas waktu. “Kami adalah orang pembangun. Jadi ya, kita akan membangun kembali Katedral Notre Dame. Bahkan lebih indah,” kata Macron.
Crane raksasa didirikan di depan Katedral Notre Dame di Paris, Prancis, (24/26/2019).
Ketidaksengajaan
Kantor Kejaksaan Paris mengumumkan berdasarkan hasil penyelidikan awal, kebakaran yang menghancurkan sebagian besar Katedral Notre Dame tidak disebabkan oleh tindakan kriminal. Sejumlah hipotesis penyebab kebakaran antara lain sistem listrik yang tidak berfungsi atau api rokok.
Mereka juga mengumumkan sedang dilakukannya investigasi yudisial yang dipimpin tiga hakim. Sasaran investigasi adalah 'X' yang berarti siapa pun atau entitas apa pun dicurigai.
Dalam penyelidikan awal ini, polisi yudisial memeriksa lebih dari 1.200 alat bukti dan mendengar kesaksian dari 100 saksi mata. Api melahap atap katedral tersebut, menghancurkan puncak menara dan bagian interior lain.
"Karena bencana ini cukup besar membutuhkan waktu untuk mengungkapkan penyebab kebakaran ini,” ujar salah satu pegawai kejaksaan, dilansir dari ABC.
Reruntuhan Gereja
Notre Dame dibangun di atas reruntuhan dua gereja sebelumnya. Gereja-gereja tersebut sebelumnya adalah bangunan kuil di era Gallo-Roman yang diperuntukkan bagi Dewa Jupiter.
Pembangunan katedral diiniasi oleh Uskup Paris, Maurice de Sully. Di tahun 1160, ia mencetuskan ide menggabungkan dua bangunan tersebut menjadi satu dalam ukuran lebih luas.
Pondasi batu pertama gereja dilakukan oleh Paus Alexander di tahun 1163. Sedang pembangunan altar ditahbiskan di tahun 1189.
Panggung untuk paduan suara dan fasad ala Barat serta bagian tengah gereja dirampungkan di tahun 1250. Untuk bagian beranda, kapel, dan lainnya ditambahkan bertahap selama 100 tahun.
Notre Dame sudah beberapa kali menderita akibat kerusakan akibat termakan zaman selama ratusan tahun. Setelah revolusi Prancis, dikutip dari laman Britannica, Notre Dame diselamatkan dari kerusakan oleh Jenderal Napoleon, yang pernah menobatkan dirinya sendiri sebagai Kaisar Prancis di Notre Dame tahun 1804.
Di abad ke-19, Notre Dame menjalani renovasi dengan karya arsitek Prancis, Eugène-Emmanuel Viollet-le-Duc. Kepopularitasan cerita novel Victor Hugo 'Notre-Dame de Paris' (1831) dengan latar katedral disebut menginspirasi restorasi.
Petugas dari Paris Fire Brigade berusaha memadamkan api di Katedral Notre-Dame, Selasa (16/4). Gereja bersejarah berusia hampir 900 tahun itu terbakar pada Senin (15/4).
Donasi Renovasi
Tahun ini saat restorasi sedang kembali dilakukan, Notre Dame kebakaran. Baru pada Oktober tahun ini janji sumbangan renovasi Notre Dame diwujudukan oleh miliarder Prancis, Francois Pinault dan putranya, Francois Henri Pinault. Mereka secara resmi menyisihkan dana 100 juta euro atau senilai 109 juta dolar AS (sekitar Rp 1,55 triliun) untuk kembali membangun Katedral Notre Dame. Pembangunan Katedral Katolik abad pertengahan itu telah tertunda berbulan-bulan karena pemerintah hanya bergantung kepada para pendonor.
Dua Pinault itu menandatangani perjanjian donasi di Keuskupan Agung Paris, Selasa (1/10). Uang itu akan memberi dorongan kepada Notre Dame Foundation untuk kembali melakukan rekonstruksi bangunan pasca kebakaran hebat pada 15 April 2019 lalu.
Francois Pinault mengatakan, sumbangan yang diberikan itu diharapkan bisa memotivasi orang lain untuk ikut serta mendonorkan harta demi membangun Notre Dome. Ia mengatakan, membuat gerakan sumbangan tentu akan terlihat vulgar.
Namun, pada intinya adalah untuk mempromosikan bahwa Notre Dome membutuhkan bantuan masyarakat agar bisa pulih kembali.
Uskup Agung Paris, Michel Aupetit mengatakan, semua orang memberikan apa yang bisa diberikan sesuai kebutuhannya. "Tapi, para pendonor besar memberi kami ruang untuk bernapas," kata Michel.
Menurut Aupetit, Notre Dome Foundation telah menerima 39 juta dolar AS dari 46.000 donatur dan 60 perusahaan yang tersebar di 26 kota. Sumbangan itu masuk dalam kurun waktu 15 April 2019 hingga akhir September lalu. Aupetit mengatakan, Notre Dome menerima sumbangan sebesar apapun meski hanya 1 euro.
Sejauh ini Notre Dome mengandalkan donor individu kecil dari Prancis dan AS. Uang namun digunakan untuk membayar para pekerja yang membersihkan situs dan membenahi kerusakan.
Mendengar Keluarga Pinault memberikan sumbangan untuk Notre Dome, konglomerat Prancis, Bernard Arnault seketika menjanjikan 200 juta euro atau senilai 218 juta dolar AS. Bettencourt Schueller Foundation juga menjanjikan donor dengan nilai yang sama.