REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyatakan negara-negara Muslim harus bersatu untuk melindungi diri terhadap ancaman eksternal. Dia pun menggambarkan pembunuhan komandan militer Iran Qasem Soleimani sebagai tindakan amoral.
"Waktunya tepat bagi negara-negara Muslim untuk bersama-samal," kata Mahathir, Selasa (7/1).
Mahathir menyatakan beberapa bulan terakhir muncul ketegangan diplomatik dalam isu-isu di negara-negara Muslim. Dia juga mengatakan serangan pesawat nirawak Amerika Serikat terhadap Soleimani bertentangan dengan hukum internasional.
"Kami tidak lagi aman sekarang. Jika ada yang menghina atau mengatakan sesuatu yang tidak disukai seseorang, tidak apa-apa bagi orang dari negara lain untuk mengirim drone dan mungkin menembaki saya," kata Mahathir.
Pembunuhan Soleimani di Baghdad Jumat lalu telah memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah. Pria berusia 94 tahun ini mengatakan peristiwa itu dapat menyebabkan eskalasi yang disebut terorisme.
Perdana Menteri tertua di dunia ini telah berusaha mempertahankan hubungan baik dengan Iran meskipun ada sanksi AS terhadap negara Timur Tengah. Diperkirakan 10 ribu orang Iran tinggal di Malaysia.
Bulan lalu, Mahathir menjamu Presiden Iran Hassan Rouhani di sebuah konferensi para pemimpin Muslim di Malaysia. Mereka membahas peningkatan bisnis, perdagangan mata uang satu sama lain, dan bersaing dengan negara-negara non-Muslim.