REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu sektor yang berperan penting karena memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi yang meroket paling tinggi hingga 15,08 persen pada kuartal III tahun 2019.
“Salah satu kelompok industri pengolahan yang dikategorikan sebagai industri strategis dan prioritas nasional sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) adalah industri TPT,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Musyawarah Nasional XV Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) lewat keterangannya di Jakarta, Rabu (15/1).
Menperin mengungkapkan, selama ini industri TPT mampu menjadi penghasil devisa yang cukup besar. Ini tercermin dari proyeksi nilai ekspor sepanjang tahun 2019 yang mencapai 12,9 miliar dolar AS. Bahkan, industri TPT disebut sektor padat karya, yang telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,73 juta orang.
“Dalam dua tahun terakhir, meskipun di tengah tekanan kondisi ekonomi global, perkembangan industri TPT kita terus membaik, baik itu di pasar domestik maupun internasional,” tuturnya.
Selain itu, konsumsi TPT di pasar dalam dan luar negeri juga diyakini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perubahan gaya hidup. Oleh karenanya, guna memanfaatkan peluang tersebut, pelaku industri TPT nasional perlu bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan efisiensi melalui penerapan teknologi yang lebih modern dengan ditunjang oleh sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.
Hal ini sesuai dengan penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0 dalam upaya kesiapan menghadapi era revolusi industri 4.0. “Saat ini, industri manufaktur sedang bersiap menghadapi revolusi industri 4.0, yang mengintegrasikan lini produksi di sektor industri secara online,” papar Agus.
Penerapan industri 4.0 mengacu pada penggunaan otomatisasi, artificial intelligence, kemudian juga ada terjadinya komunikasi machine-to-machine dan human-to-machine, serta pengembangan teknologi berkelanjutan. Agus menjelaskan, revolusi industri 4.0 merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan, namun menjadi peluang baru.
“Indonesia telah bersiap menuju revolusi industri 4.0 untuk menjadi negara yang lebih maju dan ditargetkan menjadi bagian 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2030 sesuai target dari roadmap Making Indonesia 4.0,” tegasnya.
Menteri AGK optimistis, apabila teknologi industri 4.0 diterapkan pada sektor industri TPT nasional, akan mempercepat peningkatan daya saingnya. Berdasarkan aspirasi besar Making Indonesia 4.0, yang akan diwujudkan adalah menjadikan produsen tekstil dan pakaian jadi di Tanah Air bisa masuk jajaran lima besar dunia pada 2030.