REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Iran kini memperkaya lebih banyak uranium. Hal itu ia umumkan dalam pidato melalui televisi, Kamis (16/1).
"Kami memperkaya lebih banyak uranium sebelum kesepakatan tercapai. Tekanan telah meningkat di Iran, tetapi kami terus berkembang," ujar Rouhani dikutip Guardian, Kamis.
Iran secara bertahap mengurangi komitmen dalam perjanjian nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Di bawah JCPOA, Teheran bersama enam negara yakni Amerika Serikat (AS), Cina, Jerman, Prancis, Rusia, dan Inggris setuju untuk membatasi kegiatan nuklirnya.
"Kami tidak memiliki batasan file nuklir dan kami meningkatkan pengayaan setiap hari," ujar Rouhani mengutip sebuah utas Twitter dari Al-Mayadeen Channel yang berbasis di Lebanon dilansir Fox News.
Iran mulai melakukan pengayaan uranium hingga lebih dari 4,5 persen sejak Juli tahun lalu. Hal itu jelas melanggar kesepakatan JCPOA. Iran hanya diperkenankan melakukaan pengayaan pada level 3,67 persen.
Pernyataan Rouhani itu dikatakannya setelah Inggris, Prancis, dan Jerman mengirim surat kepada kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa. Surat itu berisi mekanisme penyelesaian sengketa yang ada dalam JCPOA. Meski, ketiga negara menggarisbawahi bahwa keputusan itu bukan berarti mereka bergabung dalam kampanye "tekanan maksimum" Presiden AS Donald Trump terhadap Iran dan meninggalkan pintu diplomasi tetap terbuka.