Selasa 28 Jan 2020 07:30 WIB

Nigeria Darurat Wabah Demam Lassa

Sebanyak 29 orang meninggal akibat deman Lassa hanya pada Januari di Nigeria.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Pemberian vaksin di Nigeria.
Foto: AP/Sunday Alamba
Pemberian vaksin di Nigeria.

REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Pihak berwenang Nigeria telah mengumumkan peningkatan tindakan darurat untuk menangani wabah demam Lassa di negara Afrika Barat ini. Wabah itu telah menelan korban hingga 29 orang hanya pada Januari.

"Pada 24 Januari 2020, 195 dikonfirmasi kasus dan 29 kematian telah dilaporkan di 11 negara," Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (NCDC) mengatakan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Aljazirah. Pusat operasi darurat nasional telah diaktifkan untuk mengoordinasikan tanggapan terhadap meningkatnya jumlah kasus demam Lassa di seluruh negeri.

Baca Juga

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) jumlah infeksi demam Lassa di seluruh Afrika Barat setiap tahun adalah antara 100 ribu hingga 300 ribu kasus dengan angka kematian sekitar 5.000 orang. Tahun lalu, penyakit itu merenggut lebih dari 160 nyawa di Nigeria.

Di beberapa daerah di Sierra Leone dan Liberia, 10 hingga 16 persen orang yang dirawat di rumah sakit setiap tahunnya menderita demam Lassa. Kondisi itu menunjukkan dampak serius penyakit Lassa terhadap wilayah tersebut.

Demam lassa adalah virus demam berdarah. Jenis itu satu keluarga dengan virus Ebola dan Marburg tetapi jauh lebih mematikan. Penyakit itu endemik di negara Afrika Barat dan namanya berasal dari kota Lassa di Nigeria utara, wilayah pertama kali diidentifikasi pada 1969. Kasus-kasus penyakit itu pun telah ditemukan di Sierra Leone, Liberia, Togo, dan Benin.

Virus tersebut ditularkan ke manusia dari kontak dengan makanan atau barang-barang rumah tangga yang terkontaminasi dengan kotoran hewan atau urin. Penyakit itu endemik pada populasi hewan pengerat di beberapa bagian Afrika Barat.

Virus tersebut memiliki masa inkubasi antara enam hingga 21 hari. Dapat ditularkan melalui kontak dengan orang yang terinfeksi melalui cairan dan ekskresi tubuh, yaitu darah, urin, air liur, sperma, muntah, dan tinja.

Demam lassa tidak menunjukkan gejala pada 80 persen kasus yang ditemukan. Namun, bagi sebagian orang dapat menyebabkan demam, kelelahan fisik, mual, muntah, diare, sakit kepala, sakit perut, atau sakit tenggorokan. Pembengkakan leher atau wajah terkadang juga terjadi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), obat antivirus ribavirin tampaknya menjadi pengobatan yang efektif untuk demam Lassa, "jika diberikan sejak awal dalam perjalanan penyakit klinis," kata WHO. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement