REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menghentikan sementara penerbangan dari dan ke China sejak 5 Februari 2020 untuk mengantisipasi penyebaran virus corona baru dari Wuhan. Penghentian tersebut dikhawatirkan akan berdampak kepada pariwisata.
Meskipun begitu, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Novie Rianto mengatakan pembahasan insentif penerbangan pun belum dilakukan. "Belum ada pembahasan soal insentif ke maskapai dalam rangka mendongkrak pariwisata," kata Novie saat dihubungi, Selasa (11/2).
Meskipun begitu, Novie menuturkan apa pun kebijakannya nanti, Kemenhub siap berkoordinasi kapan saja untuk memajukan sektor pariwisata. Khususnya jika nantinya virus corona sudah semakin berdampak ke sektor pariwisata.
"Mungkin pembahasan ini akan dibahas di sesi selanjutnya tapi belum tahu kapan," ujar Novie.
Di lain kesempatan, Novie mengatakan meskipun saat ini Singapura sudah siaga korona namun Indonesia belum akan melakukan hal yang sama. Novie menjelaskan, Kemenhub akan menunggu kebijakan pemerintah pusat.
Dia menambahkan, pada dasarnya Kemenhub sudah memaksimalkan pengawasan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona melalui transportasi. "Sudah (antisipasi). Semua bandara dan pelabuhan kita periksa," ujar Novie di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Selasa (11/2).
Salah satu maskapai yang terdampak karena ditutupnya penerbangan dari dan ke China, yaitu Garuda Indonesia. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menuturkan tidak mempermasalahkan dampak kerugian akibat antisipasi virus corona.
"Insentif? Nggaklah kan semua juga susah. Kita akan coba cari rute baru," kata Irfan kepada Republika.co.id, Selasa (11/2).