REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengimbau warganya untuk mulai mempersiapkan diri dalam penyebaran virus Corona yang dapat lebih luas, Selasa (25/2). Pernyataan ini muncul ketika Corona jenis Covid-19 menyerang lebih luas ke Iran, Korea Selatan, dan Italia.
Pejabat di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Nancy Messonnier mengatakan, data penyebaran virus selama sepekan terakhir telah meningkatkan kemungkinan penularan di AS. "Gangguan pada kehidupan sehari-hari mungkin parah," ujarnya.
Meski risiko langsung dari virus Corona di AS tetap rendah, kewaspadaan sangat diperlukan. Pejabat CDC Dr. Anne Schuchat mengatakan, tidak ada lagi pertanyaan apakah virus itu akan menjadi pandemi global. "Ini pertanyaan kapan dan berapa banyak orang yang akan terinfeksi," ujarnya.
Pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Bruce Aylward mendesak negara-negara untuk meningkatkan persiapan. "Pikirkan virus ini akan muncul besok. Jika kamu tidak berpikir seperti itu, kamu tidak akan siap," ujar kepala misi gabungan WHO-Cina ini.
Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar telah meminta subkomite Senat untuk menyetujui anggaran 2,5 miliar dolar AS untuk menangani virus Corona Selasa kemarin. Dana tersebut akan digunakan untuk memperluas sistem pengawasan untuk virus, membantu pengembangan vaksin, dan meningkatkan stok peralatan pelindung.
Korban meninggal akibat virus Corona di Iran naik menjadi 16 dan menjadi paling tinggi di luar daratan Cina pada Selasa. Sementara Italia melaporkan kematiannya yang ke-11. Virus itu pun telah melonjak ke sekitar 30 negara dan wilayah, dengan sekitar tiga lusin kematian di luar Cina.
"Ini adalah pengunjung yang tidak diundang dan tidak beruntung. Insya Allah kita akan melewati ... virus ini," kata Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pidato yang disiarkan televisi.
Afghanistan, Irak, Kuwait, Bahrain, dan Oman melaporkan kasus pertama pada pekan ini. Semua korban yang terinfeksi mengaku pernah melakukan perjalanan ke Iran. Sedangkan di Korea Selatan memiliki kasus paling banyak di luar Cina dengan 977 infeksi dan 10 kematian.
Saat ini pihak berwenang sedang menguji 215.000 anggota Gereja Shincheonji Yesus. Wabah di negara itu diyakini telah dimulai di kota Daegu dengan seorang wanita berusia 61 tahun yang merupakan anggota dari jemaatnya.
Untuk wilayah Eropa, Italia adalah garis depan dengan lebih dari 280 kasus, karena wabah menyebar dari wilayah utara Lombardy dan Veneto. Menteri Kesehatan Italia Roberto Speranza mengatakan, negara-negara tetangga telah sepakat untuk tidak menutup perbatasan mereka dan menyebut langkah seperti itu "tidak proporsional ... saat ini," ujarnya.
Meski tidak ada penutupan perbatasan, maskapai penerbangan mulai membatasi penerbangan ke Italia. Harga alat pelindung meroket, penggambilan gambar untuk film Mission: Impossible ketujuh ditunda, katedral Milan ditutup, dan karnaval Venesia dibatalkan.
Pembatasan ini bersamaan dengan laporan Swiss, Austria, dan Rumania yang menemukan kasus pertama. Mereka semuanya positif virus Corona pernah melakukan perjalanan ke Italia.
Selain itu, Spanyol melaporkan kasus pertamanya dari seorang wanita dari Barcelona yang juga mengunjungi Italia utara. Sementara itu sebuah hotel bintang empat di Tenerife dikarantina setelah kedapatan memiliki korban yang positif membawa virus.
Wabah ini diyakini berasal dari satwa liar di kota Wuhan akhir tahun lalu, penyakit seperti flu itu telah menginfeksi 80 ribu orang dan menewaskan hampir 2.700 orang di Cina. Namun, WHO mengatakan wabah di sana telah menurun sejak 2 Februari.