Selasa 03 Mar 2020 10:22 WIB

Survei: Muslim Inggris Khawatirkan Ekstremisme

Survei ini menantang beberapa kesalahpahaman tentang Muslim Inggris.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Survei: Muslim Inggris Khawatirkan Ekstremisme Muslim Inggris
Foto: AP
Survei: Muslim Inggris Khawatirkan Ekstremisme Muslim Inggris

LONDON -- Sebuah survei di Inggris menyatakan mayoritas Muslim Inggris khawatir ekstremisme Islam. Dari survei yang sama juga didapati jika mereka mendukung prinsip-prinsip program pencegahan perilaku kontroversial yang dimiliki kepolisian.

Para peneliti mengatakan mereka menemukan kesenjangan yang signifikan antara apa yang orang pikirkan atau yakini dipikirkan Muslim Inggris dan apa yang sebetulnya dipikirkan mayoritas Muslim Inggris

Baca Juga

Sebuah konsultan kejahatan independen, Crest Advisory, membuat survei yang diwakili oleh 1.000 Muslim dan 1.000 orang dewasa lainnya. Ditemukan 63 persen Muslim Inggris khawatir tentang ekstremisme Islam dan 64 persen memercayai polisi. Jumlah ini disebut selisih sedikit dari populasi umum.

Survei tersebut juga bertanya tentang program pencegah atau counterextremism pemerintah, Prevent, yang sedang ditinjau setelah bertahun-tahun mengalami tuduhan diskriminasi. Hasilnya, 55 persen responden Muslim menyebut belum pernah mendengarnya.

Setelahnya, survei bertanya apakah mereka mendukung prinsip skema yang sebagian besar ditujukan pada komunitas Muslim yang berisiko ditarik ke ekstremisme Islam. Polisi dan dinas keamanan menilai saat ini merekalah ancaman teror tunggal terbesar. Mayoritas mengatakan mereka setuju dengan hal tersebut.

Tetapi, meskipun 36 persen Muslim Inggris yang disurvei memberikan dukungan penuh terhadap prinsip tersebut, 38 persen di antaranya memberikan dukungan yang memenuhi syarat. Mereka menyatakan kekhawatiran terhadap penargetan kepada Muslim yang tidak proporsional, komunikasi yang buruk, dan kurangnya konsultasi mengenai struktur pencegahan ini.

Secara keseluruhan, lebih banyak Muslim daripada populasi umum, 67 persen dibandingkan 63 persen, yang mengatakan mereka akan merujuk seseorang ke program pencegahan jika mereka curiga sosok tersebut memiliki bibit radikal.

Dilansir di Independent, Crest Advisory menyerukan peninjauan independen yang sedang berlangsung untuk program pencegahan tersebut, secara langsung dapat terlibat dengan Muslim Inggris. Program ini telah dibiarkan tanpa pemimpin sejak Lord Carlile mengundurkan diri di tengah tantangan hukum pada Desember.

Departemen Dalam Negeri sebelumnya mengatakan akan ada kompetisi penuh dan terbuka untuk menunjuk peninjau baru. Tetapi muncul kekhawatiran apakah tinjauan menyeluruh dapat diselesaikan sebelum batas waktu wajib pada Agustus ini.

Direktur Jon Clements, yang turut menulis laporan itu, mengatakan temuannya merupakan bukti nyata yang dapat dilihat di hadapan sejumlah narasi yang biasa diterapkan pada Muslim Inggris oleh sejumlah politikus, kelompok kampanye, dan komentator.

"Muslim Inggris dan populasi umum memiliki pandangan yang sama tentang banyak masalah terkait dengan kepolisian dan program Prevent. Jelas dari penelitian kami Muslim Inggris, secara umum, tidak lagi menyangkal tentang ekstremisme Islam dan ancaman yang dihadirkannya daripada populasi secara keseluruhan," ujarnya, Selasa (3/3).

Komisaris Utama untuk melawan ekstremisme, Sara Khan mengatakan, suara-suara Muslim Inggris sedang ditenggelamkan oleh para ekstremis di kedua sisi. Dia menuduh organisasi yang tidak disebutkan namanya dan tokoh-tokoh publik menghadirkan pandangan dogmatis dan monolitik tentang Muslim Inggris dan sikap mereka. Pandangan tersebut bersifat pengulangan yang diangkat oleh politikus dan media.

"Laporan Crest memberi informasi mereka yang berkuasa dan berpengaruh perlu berubah menjadi lebih baik dalam mendengarkan keragaman tiga juta Muslim di Inggris dibandingkan dengan mereka yang berteriak paling keras," ujar Khan.

Survei yang dilakukan Crest Advisory juga menanyai responden tentang berbagai masalah, termasuk bagaimana hidup di Inggris bagi umat Islam. Poin-poin baik yang paling umum disorot adalah kebebasan beragama dan berekspresi, serta keragaman. Sedangkan poin buruknya adalah islamofobia, representasi media, serta Islam kanan.

Survei ini dilakukan oleh Savanta Comres pada Oktober dan November tahun lalu. Sementara para peneliti mengadakan diskusi kelompok fokus di London, Slough, Watford, Bradford, Birmingham, Oldham, Cardiff dan Glasgow.

Akeela Ahmed MBE dari Kelompok Kerja Lintas Pemerintahan untuk Kebencian Anti-Muslim, mengatakan ada kebutuhan mendesak meningkatkan konsultasi dengan masyarakat yang paling terpengaruh oleh kebijakan kontraterorisme dan kontra-ekstremisme. "Orang-orang menghabiskan banyak waktu berbicara tentang Muslim dalam konteks ekstremisme dan terorisme dan sering mempertanyakan kesetiaan umat Islam ke Inggris," ujar Ketua Dewan Penasihat Nasional Masjid dan Imam,  Qari Asim.

Ia menyebut laporan hasil survei ini menantang beberapa kesalahpahaman tentang Muslim Inggris dan mengundang orang-orang untuk mengambil pendekatan yang lebih akrab terhadap sikap Muslim dalam counterextremism dan kehidupan di Inggris.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement