Jumat 13 Mar 2020 20:48 WIB

Dua Balita Positif Corona, Beratkah Dampaknya ke Anak?

Dari total 69 kasus positif corona, dua di antaranya adalah balita.

Model tiga dimensi dari partikel virus SARS-CoV-2 virus atau dikenal sebagai 2019-nCoV. Virus tersebut adalah penyebab Covid-19 atau virus corona jenis baru. Pada Jumat (13/3), tercatat ada dua kasus positif corona di Indonesia dengan pasien balita.(EPA-EFE/NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH )
Foto: EPA-EFE/NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH
Model tiga dimensi dari partikel virus SARS-CoV-2 virus atau dikenal sebagai 2019-nCoV. Virus tersebut adalah penyebab Covid-19 atau virus corona jenis baru. Pada Jumat (13/3), tercatat ada dua kasus positif corona di Indonesia dengan pasien balita.(EPA-EFE/NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH )

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Desy Susilawati, Dessy Suciati Saputri, Mabruroh

Jumlah total kasus positif corona di Indonesia melonjak. Dari 69 kasus positif corona jenis baru atau Covid-19, dua di antaranya adalah balita.

Baca Juga

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto, mengatakan pasien yang dinyatakan positif corona kini bertambah hingga 35 orang sehingga total kasus mencapai 69 orang. "Hasil penelusuran yang kita laksanakan dua hari lalu. Sekarang kita umumkan 34 pasien. Kita lakukan penelusuran terus menerus," kata Yurianto di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (13/3).

Dua di antara pasien positif tersebut diketahui merupakan balita. Menurut Yurianto, kedua balita tersebut merupakan kasus yang ditemukan dari pelacakan kasus sebelumnya. Keduanya diketahui tertular dari kedua orang tuanya.

Pasien anak yang positif corona merupakan yang pertama di Indonesia. Sebelumnya pasien positif corona merupakan dewasa.

Pasien tersebut adalah kasus nomor 49, anak laki-laki usia tiga tahun. Kondisinya disebut Yurianto ringan sedang.

Sedang pasien anak berikutnya adalah kasus 54. Yaitu anak laki-laki usia dua tahun. Kondisinya sakit sedang.

Dokter Spesialis Anak Subspesialisasi Pulmonologi Respirologi, Nastiti Kaswandani, mengatakan sejauh ini fatality rate atau angka kematian yang disebabkan oleh virus corona sangat rendah dibandingkan pada orang dewasa. Justru kata Nastiti, virus tersebut lebih berbahaya jika menginfeksi orang lanjut usia (lansia).  

"Sejauh ini fatality rate pada anak sangat rendah, mungkin juga karena kasusnya belum banyak. Yang tertinggi justru orang tua, di atas 65 tahun," ujar Nastiti saat dikonfirmasi, Jumat (13/3).

Begitu juga dengan potensi penularannya, menurut Nastiti, penularan virus dari anak kepada orang dewasa lebih kecil dibandingkan dari orang dewasa. Kendati demikian, penularan melalui percikan bersin dari mereka yang terpapar virus cotona tetap harus dihindari.

 

"Potensi penularan sama melalui droplet (tetesan) namun untuk menularkan ke yang lain, dari anak lebih kecil dibanding orang dewasa," ujar Nastiti.

Konsultan Respirasi Anak di RSCM, Prof Dr dr Bambang Supriyatno, SpA(K), menjelaskan anak-anak adalah objek yang rentan terserang virus. Alasannya, sistem imunitas pada bayi dan anak masih belajar mengenali dan melindungi tubuh dari kuman yang masuk.

Sedangkan pada anak remaja dan orang dewasa, sistem imunitas tubuhnya sudah langsung mengenali jenis kuman dan segera menyerangnya begitu kuman masuk ke dalam tubuh.

“Meski tertular kalau daya tahan tubuh bagus kita tidak akan menjadi sakit. Sebaliknya, ketika saya tahan tubuh turun, bila terpapar virus, kita mudah sakit,” ujarnya, di Jakarta beberapa waktu lalu.

Karena itu, Prof Bambang menyarankan orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap virus corona. Namun, tidak juga harus berlebihan menyikapi kasus virus corona ini.

Ada beberapa langkah baik yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah anak terserang virus. Yakni melengkapi imunisasi anak terutama imunisasi dasar yang wajib. Orang tua juga harus menerapkan pola hidup bersih dengan rutin mencuci tangan dengan baik dan benar. Anak disarankan menggunakan masker saat berpergian.

Namun yang paling utama menurutnya adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan antibodi. Konsumsi makanan bergizi seperti sayur, lauk pauk, buah dan susu.

Bila memerlukan asupan suplemen atau vitamin, juga boleh dikonsumsi. “Kalau daya tahan tubuh menurun, lemas, bersin, sibuk berpergian, bisa pakai imunostimulan. Ini bisa untuk anak-anak, konsumsi sesuai dosis yang dianjurkan dalam bentuk sediaan sirup."

Ia menambahkan pada kondisi seperti saat ini, orang tua sebaiknya menghindari atau mengurangi membawa anak balita ke tempat ramai, hal ini untuk mengurangi risiko anak terpapar virus corona. Jangan pula pergi ke daerah-daerah endemik virus corona. Anak dan orang tua juga harus mendapatkan istirahat yang cukup.

“Orang tua juga harus lebih cermat memantau kesehatan anak. Amati gejala-gajala penyakit yang mungkin terjadi pada anak agar bisa cepat tertangani. Cek juga apakah anak mengalami lemah, letih, lesu, karena itu bisa jadi pertanda kualitas kesehatan anak sedang menurun. Bila ini terjadi, segera asup nutrisi baik pada anak agar pertahanan tubuhnya prima, bila tidak kunjung membaik dan terjadi gejala flu serta demam maka segera bawa ke dokter,” ujar Prof Bambang.

Daya Tahan Tubuh

Ketua Perhimpunan Alergi dan Immunologi Indonesia yang juga Guru Besar UI, Prof Dr dr Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, mengatakan berbagai patogen, bakteri, virus, jamur, parasit, ditemukan dalam lingkungan hidup yang setiap saat dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit. Sistem imun adalah semua mekanisme tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya, baik yang berasal dari luar tubuh, maupun dari dalam tubuh sendiri. Bila kuman patogen tidak disingkirkan maka akan menyebabkan penyakit, kerusakan jaringan bahkan kematian.

“Sistem imun memang menjadi pelindung vital bagi tubuh untuk dapat melawan penyakit. Tubuh memiliki sistem imun atau sistem pertahanan, sebagai mekanisme alami untuk melawan ancaman dari masuknya benda asing dari luar, seperti virus, bakteri, jamur,” jelasnya.

Bila daya tahan tubuh lemah, maka benda asing akan mudah masuk, sehingga menyebabkan terkena infeksi dan muncul beberapa gejala misalnya bersin, demam dan lainnya. Apalagi kondisi saat ini, ketika virus corona mudah menyebar dan belum ditemukan vaksin untuk virus corona. Jalan terbaik yang bisa dilakukan adalah memperkuat antibodi.

Setelah ditemukan antibiotik, peran sistem imun makin sering dilupakan. Kekebalan tubuh bersifat dinamis, dapat naik turun. Imunitas dipengaruhi usia, nutrisi, vitamin, mineral, hormon, olahraga, dan emosi. “Makin dewasa, antibodi seseorang akan semakin kuat,” ungkapnya.

Namun, antibodi juga bisa melemah seiring bertambahnya usia. Tubuh juga lebih mudah terserang infeksi bila kekurangan protein-kalori. Defisiensi protein berat dapat menurunkan fagositosis. Berbagai penyakit juga menurunkan sistem imun, misalnya infeksi virus, kanker dan penyakit kronik.

Imunitas tubuh bisa dijaga dan diperbaiki dengan pola hidup sehat, artinya sehat asupan makanan bernutrisi dan olahraga. Selain itu, olahraga rutin, tidur cukup, minum-cukup air putih juga dianjurkan, sehingga bisa mendetoksifikasi racun. Kurang tidur dan stres bisa memicu turunnya imunitas tubuh yang otomatis menurunkan kualitas antibodi. Vitamin dan mineral juga berperan terhadap sistem imun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement