REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim medis mulai ditarik dari Provinsi Hubei. Hal ini dilakukan setelah pengendalian wabah COVID-19 yang berepisentrum di wilayah tengah China sejak akhir tahun lalu itu menunjukkan tren positif.
Hasil rapat Komite Sentral Partai Komunis China (CPC) yang dipimpin Perdana Menteri Li Keqiang di Beijing, Senin (16/3) malam, menyebutkan, penarikan petugas medis dilakukan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pasien. Tak hanya itu, pasien juga tetap mendapatkan perawatan yang memadai dan pelayanan kesehatan di provinsi itu tetap berlanjut.
Data Komisi Nasional Kesehatan China (NHC) per 8 Maret 2020 tercatat 346 tim medis yang beranggotakan lebih dari 42.600 petugas medis masih bertugas di Provinsi Hubei. NHC melihat adanya tren positif dalam mempersempit epidemi dan penyebaran wabah tersebut sudah mulai terkendali.
Meskipun demikian, NHC menganggap bahwa kasus kiriman dari negara lain masih menjadikan penuntasan epidemi di China belum pasti. Untuk itu diperlukan adanya pengawasan ketat terhadap individu, masyarakat lokal, dan wisatawan yang dilaporkan terpapar virus mematikan tersebut.
China menerima 20 kasus kiriman baru dari beberapa negara pada Selasa sehingga jumlah total kasus kiriman saat ini telah mencapai angka 143. Pemerintah China merancang pemberian subsidi kepada petugas medis di garis depan, masyarakat yang membatu pengendalian wabah, polisi dan tenaga sukarelawan, selain juga pekerja bangunan renovasi gedung dan fasilitas kesehatan lainnya, demikian hasil rapat pimpinan CPC.
Pemerintah setempat menjamin hak-hak pekerja yang diisolasi, termasuk gaji, terpenuhi. Para pengusaha didorong melakukan penyesuaian pembayaran gaji, mempersingkat jam kerja, dan waktu giliran.
Sampai saat ini jumlah positif COVID-19 di China mencapai 80.881 kasus atau terdapat penambahan 21 kasus baru dengan angka kesembuhan 68.679 kasus (bertambah 930) dan kematian 3.226 kasus (bertambah 13).