REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai era superhero Avengers dari Marvel Cinematic Universe, film pahlawan super lain masih mencoba memikat penonton. Lewat Bloodshot, sutradara Dave Wilson mengajak penikmat film fantasi untuk menyelami kehidupan tokoh komik Valiant dari Amerika Serikat, Ray Garrison.
Bloodshot menceritakan Vin Diesel sebagai Ray Garrison, seorang tentara yang amat tangkas, penuh taktis, dan senang berkelahi. Usai menyelesaikan sebuah misi di Mombasa, Kenya, Garrison kembali pulang ke Italia dan menemui istrinya.
Suatu pagi, kehidupan Ray sontak berantakan begitu dia diserang oleh seseorang yang belakangan diketahui bernama Martin Axe. Istri Ray disandera.
Cerita Bloodshot tak berhenti sampai di situ. Ray seakan mendapatkan kesempatan kedua.
Seorang ilmuwan bernama Emil Harting (Guy Pearce) dari RST Corporation memodifikasi jasad Ray. Dia memasang nanorobot pada tubuh Ray.
Hasilnya, Ray yang kekar itu semakin tidak bisa dikalahkan. Setiap kali tubuhnya rusak oleh terjangan peluru atau hunjaman pisau, nanorobot akan bekerja memperbaiki sel dan jaringan secara cepat.
Pelan-pelan, Ray mulai teringat akan masa lalunya. Memori tentang pembantaian istrinya oleh Martin semakin jelas terbayang di benaknya.
Didorong rasa ingin balas dendam, Ray memburu Martin. Alur cerita terasa sangat lancar hingga tengah film. Sayangnya, hal itulah yang membuat janggal, menyimpan rahasia-rahasia yang mungkin harus ditebak oleh para penonton.
Pada akhirnya, penonton pun disuguhi cerita yang sangat tak disangka dan membuat mengerti makna pahlawan super. Apalagi, Ray di awal terkesan pahlawan super hanya karena tubuhnya yang super dan tak terkalahkan.
Bloodshot patut diberikan apresiasi berkat kekuatan cerita yang dibangun Jeff Wadlow. Selain Vin Diesel, film yang tengah tayang di bioskop ini juga dibintangi oleh Elza Gonzalez, Sam Heughan, dan Toby Kebbell.