REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Iran untuk sementara membebaskan sekitar 85 ribu orang dari penjara, termasuk tahanan politik, sebagai tanggapan terhadap epidemi virus corona. Demikian disampaikan juru bicara pengadilan pada Selasa.
Iran telah melaporkan 16.169 kasus virus Corona dan 988 angka kematian akibat virus tersebut dalam salah satu wabah nasional terburuk kedua di luar China.
"Sejauh ini, sekitar 85 ribu tahanan telah dibebaskan ... Juga di penjara, kami telah mengambil tindakan pencegahan untuk menghadapi wabah itu," kata juru bicara pengadilan Gholamhossein Esmaili.
Ditanya apakah tahanan politik termasuk di antara mereka yang dibebaskan, ia mengatakan pada briefing yang disiarkan oleh televisi pemerintah: "Ya, sekitar 50 persen dari mereka adalah tahanan terkait keamanan."
Dia tidak mengatakan kapan mereka yang dibebaskan harus kembali ke penjara.
Iran mengumumkan pembebasan 70 ribu tahanan pada 9 Maret sebagai reaksi tanggapan terhadap penyebaran virus itu, tetapi tidak ada pembebasan tahanan politik.
Pelapor Khusus Amerika Serikat tentang Hak Asasi Manusia di Iran, Javaid Rehman, mengatakan pada waktu itu bahwa ia telah meminta Teheran untuk membebaskan semua tahanan politik sementara dari penjara negara yang penuh sesak dan penuh penyakit untuk membantu membendung penyebaran virus.
Rehman mengatakan hanya mereka yang menjalani hukuman kurang dari lima tahun telah dibebaskan. Sementara para tahanan yang didakwa dengan hukuman lebih berat dan terkait dengan partisipasi dalam protes anti-pemerintah tetap di penjara.
Sebelum pembebasan 9 Maret, Iran mengatakan memiliki 189.500 orang di penjara. Mereka diyakini termasuk ratusan yang ditangkap selama atau setelah protes anti-pemerintah pada November.