Sabtu 28 Mar 2020 14:47 WIB

Kasus Rapid Test Spanyol Dijamin tak Terulang di Indonesia

Pemerintah menjamin kasus rapid test Spanyol rusak tak terulang di Indonesia.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Reiny Dwinanda
Rapid test. Pemerintah menjamin kasus rapid test Spanyol rusak tak terulang di Indonesia.
Foto: Humas Pemprov Jawa Barat
Rapid test. Pemerintah menjamin kasus rapid test Spanyol rusak tak terulang di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto memastikan tak akan sembarangan dalam mendatangkan alat rapid test untuk pengujian massal Covid-19 bagi masyarakat. Pemerintah sudah menetapkan standar prosedur pengadaan alat rapid test.

Yuri mengungkapkan hal tersebut saat mengomentari kasus di Spanyol terkait kerusakan kit rapid test usapan nasofaring yang didatangkan dari China. Pemerintah kota Madrid, Spanyol dilaporkan menyetop pemakain alat rapid tes produksi Shenzhen Bioeasy Biotechnology yang belakangan ditemukan hanya memiliki akurasi sekitar 30 persen itu.

Baca Juga

Padahal, rapid test disyaratkan harus dapat memiliki akurasi 80 persen, seperti yang dijanjikan Bioeasy. Koran Spanyol El País mengabarkan, pemerintah kota Madrid menyetop pemakaian kit rapid test tersebut dan mengembalikannya ke pemasok.

"Kalau barangnya jelek ya enggak dipakailah. Kan ada tanggal kadaluarsanya, standarnya, kan semua dilihat dulu. Kalau tahu alatnya jelek ngapain dibeli," kata Yuri pada Republika.co.id, Sabtu (28/3).

Pemerintah Spanyol selanjutnya meminta Shenzhen Bioeasy mengganti pasokan tes kit tersebut. Jumlah pesanan rapid tes Spanyol mencapai 340 ribu unit. Dana yang dikucurkan Spanyol di angka 432 juta euro untuk memesan berbagai peralatan medis dari Cina.

"Mekanisme di sini ketat agar kasus di Spanyol tak terulang disini," ujar Yuri.

Pemerintah sedang mendistribusikan 500 ribu alat rapid test ke seluruh provinsi di Indonesia. Namun, rapid test bukanlah untuk diagnosis, melainkan penelusuran terhadap kasus positif corona melalui tes serologi yang mendeteksi reaksi antibodi. 

Itu artinya, ketika seseorang dinyatakan negatif, maka belum tentu bebas Covid-19. Bisa saja, virus sedang berproses untuk menimbulkan gejala penyakit. Pasien perlu menjalani pemeriksaan ulang di hari ke tujuh berikutnya supaya mendapat kepastian.

"Sudah dibagikan lebih dari 500 ribu (rapid test), sudah ada di dinkes provinsi masing-masing, akan terus lanjut sampai target sejuta rapid test," ucap Yuri.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement