REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Negara-negara yang paling terpukul di Eropa, seperti Italia, Spanyol, dan Prancis, justru tidak secara rutin menguji virus corona di antara penduduk lansia yang jatuh sakit di panti jompo. Mereka akhirnya meninggal di sana, termasuk yang menderita gejala penyakit.
Ketiga negara itu menyumbang sepertiga dari kasus pandemi global yang terkonfirmasi. Kurangnya pengujian menyebabkan ratusan yang berpotensi ribuan, korban corona tidak terhitung ketika otoritas kesehatan mencoba melacak arus penyebaran.
Ketergantungan yang tinggi pada rumah sakit untuk menghitung kematian akibat virus corona menimbulkan masalah khusus evaluasi penyebaran Covid-19 di antara warga lanjut usia. Rumah sakit semakin enggan menerima pasien lanjut usia yang dinilai memiliki sedikit peluang untuk berhasil pengobatannya.
Contoh saja, Prancis yang memiliki kasus dua penghuni panti jompo yang dinyatakan positif corona. Kondisi itu membuat setiap penghuni lain yang jatuh sakit dan akhirnya meninggal dianggap menderita penyakit yang sama tanpa benar-benar diuji atau dihitung di antara jumlah korban nasional.
Pemerintah telah berjanji untuk memasukkan penghuni panti jompo awal pekan ini, tetapi belum menerapkan pengujian luas terhadap penghuni. Pasokan kantong mayat semakin menipis, menurut Marc Bourquin dari federasi rumah sakit Prancis, sebuah organisasi yang mengurusi setengah dari 7.000 panti jompo di negara itu.
Prancis pun akhirnya beralih dari melarang pengunjung ke panti jompo pada 11 Maret menjadi meminta fasilitas untuk mengambil tindakan yang bahkan lebih tegas akhir pekan lalu. "Saya meminta perusahaan untuk mengisolasi warga di kamar mereka," ujar Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran.
Sedangkan sebuah studi oleh institut kesehatan nasional Italia mencoba menggunakan pengambilan sampel untuk menjawab jumlah lansia di panti jompo yang meninggal dengan virus corona. Di wilayah yang paling terpukul di Lombardy, setengah dari semua penghuni panti jompo yang meninggal sejak 1 Februari kebanyakanya dinyatakan flu, meski memiliki gejala virus.
Sekitar 1 dari 10 panti jompo Italia mengatakan, mereka berjuang untuk memasukkan penghuni ke rumah sakit. Hanya 1 dari 4 orang yang memiliki kesempatan mengisolasi mereka yang dites positif terkena virus.
Inggris juga sedang mencoba melacak penyakit ini di antara warga yang tidak pernah berhasil sampai ke rumah sakit. Kantor Statistik Nasional menambahkan 40 kematian pada Selasa (31/3) dengan jumlah korban 210 di Inggris dan Wales, termasuk orang yang meninggal di panti jompo.