REPUBLIKA.CO.ID, Iblis berjanji akan senantiasa menggona anak cucu Adam dan menyesatkannya dari jalan Allah SWT. Dalam sebuah riwayat dikisahkan Syekh Abdul Qadir Jaelani, seorang ulama yang sangat tinggi ilmunya, suatu malam bermunajat mendekatkan diri kepada Allah.
Tiba-tiba dari sudut atas mihrab muncul cahaya yang sangat menyilaukan. Dari arah cahaya tersebut terdengar suara, ''Wahai Abdul Qadir, aku adalah Tuhanmu, apa yang telah aku haramkan bagimu telah aku halalkan.''
Syekh Abdul Qadir tertegun mendengar suara tersebut. Setelah sadar dari kekagetannya, beliau berkata dalam hati, ''Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasulullah yang terakhir, maka tidak mungkin Allah SWT akan mengubah syariatnya.''
Kemudian Abdul Qadir yakin bahwa cahaya yang datang itu bukan suara Tuhan melainkan iblis. Lalu beliau mengucapkan ta'awudz: a'udzubillahi minasyaitanir rajim.
Tiba-tiba cahaya itu terbakar sambil berkata, ''Sudah banyak orang yang telah aku perdayai, tetapi engkau luput dari tipu dayaku ini.''
Kisah tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak mudah tertipu oleh bujuk rayu iblis dan setan. Iblis dan setan telah bersumpah senantiasa berusaha memperdaya dan membelokkan arah kita dari jalan Allah (QS Al-A'raf [7] : 16-17).
Syekh Abdul Qadir Jaelani yang bagi sebagian umat Islam dianggap sebagai waliyullah, sampai diganggu oleh iblis bahkan hampir terjerumus menganggap dirinya sebagai nabi atau rasul baru. Berkat ketinggian ilmu dan kedekatannya kepada Allah akhirnya beliau selamat dari keyakinan sesat tersebut.
Dalam Islam diyakini bahwa Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir. ''Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi-nabi.'' (QS Al-Ahzab [33] :40). Tidak ada lagi nabi dan rasul setelah beliau. Syariat yang beliau bawa adalah syariat yang sudah final dan berlaku sepanjang zaman. Allah tidak akan mengubah atau menggantinya dengan menunjuk nabi atau rasul baru.