REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Antara
Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta masyarakat bersikap waspada dan segera menjalani tes virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) jika mengalami gejala mirip terinfeksi virus itu. Pasalnya Covid-19 memiliki gejala mirip virus lainnya.
Wiku menjelaskan, infeksi virus ini mirip gejala virus lainnya seperti flu yang mengalami demam tinggi diatas 38 derajat celcius, sakit tenggorokan, hingga batuk kering. "Tetapi karena Covid-19 sudah menjadi pandemi maka kita harus waspada. Kalau kita mengalami gejala mirip infeksi virus itu memang bisa saja mengarah ke situ meski belum bisa dipastikan," ujarnya saat video conference pedoman standar alat pelindung diri (APD) dan jenis-jenis tes Covid-19, di akun Youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Rabu (15/4).
Ia menegaskan, kewaspadaan ini penting diterapkan karena mungkin saja seseorang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala dan bisa menularkan kepada orang laim. Orang yang mengidap virus ini di tubuhnya dan tidak memiliki gejala membuat penderita tidak menyadari kondisinya.
"Karena itu, kalau merasakan gejala maka ia harus bertemu dokter dan melihatnya. Setelah itu dokter yang menentukannya, bisa dilakukan tes laboratorium, rontgen, tes darah kemudian tes deteksi virus," ujarnya.
Ia menjelaskan, ada dua jenis tes untuk mengetahui infeksi virus ini. Pertama tes paling mudah yaitu rapid test atau tes cepat. Ada dua jenis rapid test yaitu mengukur antibody immune system terhadap Covid-19 dan reagen.
Kendati demikian, ia menegaskan akurasi tes ini bisa diukur setelah penderitanya tujuh hari setelah terinfeksi virus karena jumlah antibodi yang muncul di tubuhnya sudah mencukupi untuk dilakukan tes tersebut. "Kalau lebih cepat dilakukan rapid test, dikhawatirkan jumlah antibodinya belum cukup," katanya.
Selain itu, ia meminta kualitas rapid test ini harus bagus karena bisa menunjukkan hasil tes yang akurat. Sebaliknya, kalau kualitasnya sembarangan bisa menunjukkan hasil tak akurat misalnya negatif padahal sebenarmya positif.
Selain itu, ia meminta cek rapid test dilakukan oleh petugas kesehatan karena memiliki risiko kalau ditangani oleh non-orang kesehatan. "Karena harus mengambil darah dari ujung jari dan kalau ternyata dia terinfeksi virus, darahnya berbahaya dan bisa menularkan," ujarnya.
Selain itu, ia menyebutkan tes Covid-19 bisa dilakukan dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan Covid-19 dengan PCR diakuinya lebih akurat karena melihat virusnya.
Bahkan, ia menyebutkan orang tanpa gejala ketika diuji menggunakan PCR bisa langsung mengidentifikasi virus. "Termasuk PCR yang dilakukan pada orang tanpa gejala yang kelihatan sehat padahal mengidap virus di dalamnya," katanya.
Ia menambahkan, tes PCR bisa dilakukan dengan mengambil swab atau cairan tubuh yang paling banyak mengandung virus atau dahaknya. "Ini bisa dicek karena jumlah virus lebih banyak di situ karena virus ini mengincar sistem pernapasan," ujarnya.
Karena itu sangat penting bagi siapapun untuk mengenakan masker kain. Khusus yang sedang sakit, masker medis dibolehkan agar mencegah percikan droplet melekat di orang lain.
Wiku Adisasmito menegaskan pemakaian masker wajah berguna untuk melindungi orang lain. "Pakai masker itu untuk melindungi orang lain, bukan melindungi dirisendiri karena kalau kita sudah sakit toh kita telah terinfeksi virus. Tetapi orang lain juga harus pakai masker, jadi sama-sama melindungi," ujarnya.
Ia menegaskan, pemakaian masker jadi salah satu cara memutus penularan virus. Karena itu, Wiku mengingatkan semua orang memakai masker termasuk masker kain saat berada di tempat umum.
Jika keluar rumah, dia menambahkan, masyarakat bisa membawa masker bersih cadangan dan bisa diberikan kepada orang yang belum memakai masker supaya sama-sama memakainya. Ia merekomendasikan masker kain yang bisa digunakan adalah yang terbuat dari kain katun dan memiliki tiga lapisan. Bahkan, ia menambahkan, masker jenis ini bisa dijahit sendiri di rumah.
"Sesuaikan (jahitan masker kain) dengan bentuk muka. Kemudian harus menutup hidung, mulut, dagu, hingga pipi," katanya.
Ia menambahkan, masker kain bisa digunakan orang sehat maksimum selama tiga sampai empat jam. Kemudian kalau kondisi masker basah, dia melanjutkan, penutup wajah ini harus segera diganti.
Kendati demikian, ia menegaskan untuk mencuci masker kain bekas memiliki tata cara. "Yaitu masker kain bekas pakai masukkan dalam plastik. Kemudian tangan yang usai menyentuh masker berarti tidak bersih dan harus cuci tangan atau memakai hand sanitizer," ujarnya.
Selain itu cuci tangan, ia meminta masyarakat melakukan jaga jarak, di rumah saja dan tidak perlu keluar kecuali ada urusan penting, dan tidak usah pulang mudik saat Lebaran.
Ada berbagai cara yang direkomendasikan untuk menjaga efektivitas penggunaan masker. Menurut pakar, mengeringkan masker di bawah sinar matahari ternyata bukanlah langkah terbaik.
Asisten profesor di departemen hygiene di Universitas Kedokteran Varna, Bulgaria, Dimitar Marinov, mengatakan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk membunuh patogen.
Jika tidak memiliki pengering di rumah, Anda dapat menyetrika atau memasukkan masker ke dalam oven yang bersih selama 20 menit pada suhu sekitar 70 derajat Celcius.
Tidak ada waktu untuk mengeringkan masker atau kulit wajah Anda sensitif terhadap deterjen? Semprotkan larutan pemutih lima persen dan biarkan masker mengering di udara, saran kontributor senior Forbes, Tara Haelle.
Jangan menggunakan produk seperti Lysol dan desinfektan lainnya jika label menyatakan dapat mengiritasi kulit. Uji semprotan pemutih di tangan Anda terlebih dahulu sebelum menyemprotkannya pada masker Anda.
Saat mencuci, Anda bisa menempatkan masker bersama pakaian lain di mesin cuci. Jika ingin menambahkan desinfektan tambahan, klorin atau pemutih warna lainnya bisa menjadi pilihan, kata ahli mikrobiologi di University of North Carolina di Chapel Hill, Amerika Serikat, Rachel Noble, seperti dilansir Channel News Asia.
Jika khawatir warna masker rusak, mencuci dengan tangan tidak masalah. Gosok-gosok masker yang sudah direndam deterjen setidaknya selama 20 detik dalam air hangat, saran ahli dermatologi di Dermatologist Consultant, Georgia, Amerika Serikat, Emily de Golian.
Merebus masker dalam air selama lima menit direkomendasikan, namun kelemahan metode ini, bahan masker bisa rusak setelah beberapa kali rebusan.
“Masker wajah kain waktu pakainya bisa seumur hidup. Barang ini bisa memburuk seperti halnya sprei," kata Noble.
Agar aman, dia merekomendasikan untuk tidak merebus masker lebih dari 10 kali. Untuk itu, mungkin merebus masker bisa Anda lakukan seminggu sekali.