REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter dan tenaga kesehatan (nakes) di Poliklinik Mata Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Jakarta berinisiatif membuat alat perlindungan diri (APD) secara mandiri. Pembuatan APD ini sebagai bentuk kepedulian terhadap penyebaran Covid-19.
Kegiatan tersebut, menurut dokter spesialis mata RSUP Persahabatan dr Diah Faridah, Sp.M telah dilakukan sejak pertengahan Maret 2020 ketika virus corona jenis baru itu mulai menyebar di Indonesia, khususnya Jakarta. "Waktu awal belum ada bantuan, karena harga APDsekarang juga mahal dan kebutuhan meningkat, kami berinisiatif untuk membuat sendiri," kata Diah saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (18/4).
Ia mengatakan dana untuk membeli bahan berasal dari swadaya. Begitu pula dengan tenaga untuk membuat APD juga dilakukan secara sukarela oleh dokter, perawat hingga resepsionis, dan tidak hanya di poliklinik mata tetapi juga di poliklinik umum lainnya.
Kegiatan membuat APD dilakukan oleh dokter maupun tenaga medis lainnya ketika tidak ada jadwal. Menurut Diah, kegiatan tersebut biasanya dilakukan mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB.
"Poliklinik mata bukan yang berhadapan langsung dengan pasien corona, dan secara umum di poliklinik umum pasien mulai berkurang, jadi kami sukarela sambil mengisi waktu," katanya.
Selama dua pekan awal, inisiasi tersebut telah menghasilkan lebih dari 1.500 pelindung wajah atau face shiled. Saat ini, ia bersama rekan-rekannya sedang membuat gaun pelindung sekali pakai atau gown disposable.
Namun saat ini, telah banyak bantuan, ia mengatakan tidak mau bergantung pada sumbangan. Terlebih, kebutuhan rumah sakit sendiri saat ini sangat besar, yakni 250 untuk pelindung sekali pakai, tidak hanya untuk dokter, tetapi juga para perawat dan petugas lainnya.
Diah menargetkan dapat memroduksi 1.500 gown disposable. Dengan dikerjakan oleh sekitar enam hingga tujuh orang, setiap harinya kegiatan tersebut dapat menghasikan 30 hingga 40 gown disposable.
"Karena lebih mudah bisa membuat 200-300 face shield tiap hari, sementara untuk membuat gown ini lebih susah karena kami juga harus sama-sama belajar menjahit dulu, bawa mesin jahit ke rumah sakit," katanya.
Saat ini bersama rekan-rekannya telah berhasil membuat hampir 500 gown disposable, yang rencananya akan diserahkan kepada direktur rumah sakit pekan depan, demikian Diah.