Kamis 23 Apr 2020 04:27 WIB

Seniman Kritisi Penanganan Covid-19 Lewat Teater Online

Monolog berjudul Pandemi merupakan upaya mempertahankan kreativitas dalam berkesenian

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Seniman muda Surabaya yang mengatasnamakan dirinya Komunitas Master (Masih Suka Berteater) menyuguhkan pertunjukan pementasan drama Monolog berjudul Pandem
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Seniman muda Surabaya yang mengatasnamakan dirinya Komunitas Master (Masih Suka Berteater) menyuguhkan pertunjukan pementasan drama Monolog berjudul Pandem

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Seniman muda Surabaya yang mengatasnamakan dirinya Komunitas Master (Masih Suka Berteater) menyuguhkan pertunjukan pementasan drama Monolog berjudul Pandemi. Monolog yang ditampilkan dimaksudkan untuk mengkritisi carut marutnya penanganan pandemi virus corona atau Covid-19, sehingga menjadi pandemi global.

"Virus corona yang bergerak cepat membuat dunia bergerak seolah melambat. Banyak negara di dunia yang semakin kewalahan menangani Pandemi. Amerika, China, Italia, Spanyol, Jerman, dan banyak negara lain di dunia harus lockdown berjamaah. Termasuk Indonesia yang kini belum tuntas menghambat penyebaran Covid 19," kata Penulis Naskah Pandemi, M. Afrizal Akbar di Surabaya, Rabu (22/4).

Pementasan Monolog itu, kata dia, sebagai bentuk evaluasi dan kritik tentang kegagapan dunia menyikapi Pandemi. Sejak awal, Covid-19 ini dianggap lelucon oleh para pemimpin bangsa. Mitigasi virus dengan doa qunut, nasi kucing, susu kuda liar, minum jamu, menjadi lelucon saat penyebaran Covid 19 masih belum terdeteksi.

"Walau sudah diingatkan WHO berulang kali, saat menyebar dan mewabah, pemerintah menjadi gagap dalam penanganannya," ujar Afrizal.

Selain itu, lanjut dia, dampak Pandemi juga melumpuhkan banyak sendi kehidupan di masyarakat. Contohnya, banyak pekerja dirumahkan bahkan di-PHK, yang itu bisa mendorong pertumbuhan kemiskinan di negeri ini.

Monolog Pandemi ini juga menyuguhkan pesan tentang kekuatan masyarakat dalam bergotongroyong, peduli sesama, hingga ciptakan lumbung pangan mandiri tanpa sentuhan pemerintah. Di sisi lain, fakta satire juga disuguhkan saat banyak korban meninggal harus dicekal, rasa saling curiga, hingga ketika ada yang meninggal, setiap orang berlomba mengklaim itu corona.

Peran petugas medis dan paramedis sebagai benteng terakhir Pandemi juga menjadi fakta yang disampaikan aktor Pandemi. Termasuk nasib dokter dan perawat diusir dari tempat tinggalnya, bahkan harus meregang nyawa karena corona.

Gegeh B. Setiadi, yang menjadi aktor menyebutkan, monolog berjudul Pandemi ini merupakan upaya mempertahankan kreativitas dalam berkesenian di tengah pandemi Covid-19. Di saat semua harus berhenti dengan social distancing, di tengah pandemi Covid-19, seniman tetap bisa berkreativitas, tentunya dengan protokol kesehatan yang ada.

“Ini pengalaman pertama. Pengalaman pertama tampil secara streaming dengan internet. Sebelumnya kami pernah tampil dalam beberapa pementasan teater. Ini menarik lantaran kami juga pertama kali menggelar pementasan melalui daring,” kata Gegeh.

Pentas Monolog Pandemi akan digelar pada Rabu (22/4), tepatnya pukul 19.30 WIB. Nantinya akan dipentaskan tanpa penonton dan disiarkan live melalui instagram, lewat akun @komunitas.master dan @teater_lingkar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement