REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Singapura menambah tempat tidur karena mengalami lonjakan jumlah kasus infeksi virus corona dari klaster pekerja migran. Otoritas Singapura menyulap ruang pameran menjadi fasilitas sementara untuk menampung para pasien.
Changi Exhibition Centre diubah menjadi rumah sakit darurat dengan kapasitas empat ribu pasien. Fasilitas ini akan menampung pasien yang telah sembuh dan mereka yang memiliki gejala ringan.
"Seluruh proses pengaturan infrastruktur memakan waktu enam hari," ujar Joseph Tan, seorang anggota panitia penyelenggara untuk fasilitas sementara.
Pasien pertama yang menempati fasilitas tersebut telah dipindahkan pada Sabtu. Ruangan di Changi Exhibition Centre yang sangat luas dipartisi menjadi kamar-kamar yang dapat menampung antara delapan hingga sepuluh orang. Fasilitas ini dilengkapi dengan monitor tekanan darah dan peralatan medis lainnya.
Pasien akan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara mandiri sebanyak tiga kali sehari. Sebuah robot yang dikendalikan dari jarak jauh menyediakan makanan dan layanan telekonferensi untuk mengurangi kontak langsung.
Pihak berwenang juga menguji coba seekor anjing robot berkaki empat yang dibuat oleh Boston Dynamics di fasilitas tersebut. Robot tersebut dapat digunakan untuk mengirimkan obat-obatan kepada pasien atau mengukur suhu tubuh mereka.
Ruangan di dalam Changi Exhibition Centre dapat menampung 2.700 pasien. Sedangkan perluasan di luar ruangan sedang dibangun dan dapat menampung 1.700 tempat tidur.
"Kami terus mengeksplorasi ruang tambahan untuk berbagai alasan. Termasuk fasilitas untuk kasus-kasus yang dicurigai atau pekerja yang terinfeksi dan juga untuk pekerja yang sedang pulih atau yang telah pulih sepenuhnya," kata juru bicara Kementerian Pembangunan Nasional dalam sebuah pernyataan.
Singapura mencatat lebih dari 12 ribu kasus infeksi virus corona yang dikonfirmasi dan menjadi yang terbesar di Asia. Singapura mendapatkan tambahan jumlah pasien yang terinfeksi virus tersebut dari para pekerja migran yang tinggal di asrama.
Lonjakan kasus baru virus corona di Singapura berkaitan dengan 323 ribu pekerja migran yang tinggal di 43 asrama. Masing-masing asrama dihuni lebih dari 1.000 orang dan ada juga yang dihuni oleh 1.200 orang.
Kasus infeksi virus corona tipe baru atau Covid-19 dari pekerja migran pertama kali dilaporkan pada 8 Februari. Virus tersebut menyerang seorang pria Bangladesh berusia 39 tahun yang bekerja di lokasi pembangunan Seletar Aerospace Heights.
Dia telah mengunjungi Mustafa Centre sebelum dirawat di rumah sakit. Pria itu diketahui tinggal di asrama The Leo. Pihak berwenang telah mengidentifikasi Mustafa Centre sebagai titik awal penyebaran virus corona di kalangan pekerja migran.
Lima infeksi Covid-19 lainnya dikonfirmasi di lokasi pembangunan Seletar Aerospace Heights. Klaster pertama diidentifikasi pada 30 Maret dengan empat kasus infeksi di asrama S11. Kasus infeksi di asrama pekerja migran melonjak dengan cepat.