Senin 11 May 2020 23:23 WIB

Kedudukan Akal Menurut Islam

Menurut sabda Nabi SAW, ciptaan Allah yang pertama adalah akal.

Dengan menggunakan akal, seorang manusia dapat hidup benar (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Dengan menggunakan akal, seorang manusia dapat hidup benar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika menjelaskan tentang kemuliaan akal, Imam Ghazali berkata, "Akal itu sumber, peneliti dan dasar dari ilmu. Ilmu sendiri berproses dari akal seperti proses buah dari pohon, proses cahaya dari matahari, dan proses penglihatan dari mata. Bagaimana akal tidak mulia, bukankah akal itu media memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat?"

Ada sebuah hadis seperti dikutip dalam kitab al-Awsath. Rasulullah SAW bersabda, "Ciptaan Allah pertama adalah akal. Lalu, Allah memerintah kepada akal, 'Menghadaplah', akal itu pun menghadap. Lalu Allah memerintahkan, 'Renungkanlah', maka akal itu pun merenung.

Baca Juga

Kemudian, Allah berfirman kepada akal, 'Demi keagungan dan kebesaran-Ku, Aku tak pernah mencipta makhluk yang lebih mulia bagi-Ku daripada engkau. Lantaran engkau, Aku merampas. Lantaran engkau, Aku memberi. Lantaran engkau, Aku mengganjar. Dan lantaran engkau, Aku menyiksa."

Hadis ini mengisyaratkan, seorang insan hendaknya menggunakan akal pemberian Allah itu dengan sebaik-baiknya. Sebab, dengan instrumen itulah ia dapat menimbang-nimbang. Mana yang ia pilih: perbuatan yang diperintahkan-Nya, atau yang dilarang-Nya.

Dalam suatu hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Mujbir, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Setiap hal punya penguat, dan penguat orang beriman adalah akalnya. Dengan kekuatan akalnya itu, terjadi ibadahnya. Tidakkah kamu mendengar apa yang akan diucapkan oleh para pendurhaka di neraka, 'Kalau sekiranya kami mendengar dan berakal tentu kami tidak akan termasuk golongan penduduk Neraka Sa'ter.'"

Tentang kedudukan akal, simaklah percakapan Aisyah dengan Nabi SAW ini. Suatu hari, istri Rasulullah SAW itu bertanya, "Dengan apakah manusia saling berlomba memperoleh kemuliaan di dunia?"

Nabi menjawab, "Dengan akalnya."

"Kalau di akhirat?'' tanya Aisyah lagi.

"Dengan akalnya."

"Bukankah manusia diganjar hanya karena perbuatan-perbuatan mereka?'' tanya putri Abu Bakar itu.

Rasulullah menjawab, "Wahai Aisyah, bukankah manusia bekerja sesuai kadar kekuatan akal yang diberikan Allah kepada mereka? Menurut kadar kekuatan akal itu pekerjaan mereka terjadi, dan menurut kadar apa yang mereka kerjakan itu mereka diganjar."

sumber : Hikmah Republika oleh Syarqawi Dhofir
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Tahu gak? kalau ada program resmi yang bisa bantu modal usaha.

1 of 8
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.

(QS. Ali 'Imran ayat 118)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement