REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Status darurat nasional yang diberlakukan oleh Jepang selama tiga pekan terakhir untuk mengendalikan penyebaran virus corona jenis baru (Covid-19) akan dicabut untuk beberapa wilayah. Pencabutan dapat dilakukan dengan kondisi terjadinya penurunan tingkat infeksi virus, serta sistem medis yang memadai, dan adanya sistem pengujian yang mampu melacak dan memantau kasus baru.
Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepan Yasutoshi Nishimura mengatakan jika kondisi-kondisi tersebut telah dipenuhi maka wilayah atau prefektur dapat mencabut status darurat yang diberlakukan. Pada 7 April, Jepang menyatakan darurat nasional yang dijadawalkan berlaku hingga 6 Mei lalu untuk tujuh prefektur, termasuk di Ibu Kota Tokyo.
Namun, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memperpanjang kembali masa darurat nasional hingga 31 Mei mendatang. Ia menilai penurunan jumlah kasus baru di negara itu yang belum terjadi cukup cepat dan rumah sakit serta fasilitas medis masih tetap waspada, menyusul jumlah pasien Covid-19 yang meningkat.
Dengan status darurat yang diberlakukan, banyak bisnis yang harus ditutup sementara dan orang-orang harus berada di rumah masing-masing kecuali untuk membeli bahan makanan, obat-obatan, atau mencari perawatan medis. Tetapi, dalam laporan terbaru pada Ahad (10/5), pencabutan status darurat dinilai telah dapat mulai dilakukan di sebagian wilayah dengan jumlah kasus Covid-19 terbaru yang relatif rendah.
Banyak prefektur yang belum melaporkan adanya kasus Covid-19 terbaru, salah satunya adalah Okinawa, di mana tidak ada kasus infeksi virus yang dikonfirmasi dalam 10 hari terakhir. Selanjutya, Nishimura mengtakan status darurat dapat dicabut dari 13 prefektur yang berada di bawah perhatian khusus: Tokyo, Kanagawa, Saitama, Chiba, Osaka, Hyogo, Fukuoka, Hokkaido, Ibaraki, Ishikawa, Gifu, Aichi, dan Kyoto.
"Prefektur seperti Gifu dan Ibaraki telah melihat penurunan yang signifikan terhadap infeksi virus corona jenis baru, sehingga ada kemungkinan untuk mengangkat status keadaan darurat dengan beberapa syarat,” ujar Nishimura, Senin (11/5).
Meski demikian, Tokyo oleh media NHK disebut mungkin akan tetap dalam keadaan darurat, walaupun tercatat kurang dari 40 kasus selama lima hari terakhir. Pada 28 April, banyak rumah sakit di kota itu yang telah melaporkan 1.832 pasien Covid-19.
Sebelumnya, Gubernur Tokyo Yuriko Koike juga menyerukan agar perpanjangan keadaan darurat nasional Jepang dilakukan. Ia memberi himbauan keras agar semua orang tetap berada di rumah masing-masing dan menaati aturan jarak sosial yang diberlakukan untuk mengendalikan penyebaran virus corona jenis baru, khususnya di Ibu Kota Negeri Matahari Terbit, di mana mayoritas kematian akibat Covid-19 di Jepang berada di sana.
Hingga Senin (11/5), Jepang telah mengkonfirmasi total kasus Covid-19 sebanyak 15.777 dan terdapat 624 kematian. Sementara, jumlah pasien yang dinyatakan pulih adalah 8.127.