Kamis 14 May 2020 14:24 WIB

Jepang akan Akhiri Status Darurat Kecuali di Tokyo

Jepang tetap memberlakukan pembatasan di Tokyo sampai virus corona bisa dikendalikan.

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pekerja kembali beraktivitas di kawasan bisnis, Tokyo, Jepang, Kamis (7/5). Jepang diperkirakan akan mencabut status darurat di sebagian besar wilayah pada Kamis. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Pekerja kembali beraktivitas di kawasan bisnis, Tokyo, Jepang, Kamis (7/5). Jepang diperkirakan akan mencabut status darurat di sebagian besar wilayah pada Kamis. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Jepang diperkirakan akan mencabut status darurat di sebagian besar wilayah pada Kamis (14/5). Namun, di Ibu Kota Tokyo akan tetap diberlakukan pembatasan sampai virus corona bisa dikendalikan.

Perdana Menteri Shinzo Abe dijadwalkan mengadakan konferensi pers pada pukul 16.00 waktu setempat. Media memperkirakan ia akan mengumumkan pencabutan status darurat di 39 dari 47 prefektur di Jepang, kecuali Tokyo.

Baca Juga

Ekonomi terbesar ketiga dunia itu mengumumkan keadaan darurat nasional sebulan lalu. Jepang mendesak warganya untuk mengurangi 80 persen kontak antarmanusia dalam upaya memperlambat laju penularan dan menurunkan beban pada layanan medis. Pemerintah telah mengatakan akan mengkaji kembali situasi pada pertengahan Mei.

Status darurat tersebut memberikan wewenang tambahan kepada gubernur untuk memerintahkan orang agar tinggal di rumah. Selain itu, gubernur dapat menutup sekolah dan bisnis. Namun, tidak ada hukuman bagi orang yang tidak mematuhi perintah tersebut.

Beberapa bisnis yang tidak penting, bahkan di daerah-daerah yang paling parah, telah mulai dibuka kembali sebelum pemerintah mengeluarkan tinjauan. Ruang lingkup pembatasan di seluruh negeri bervariasi.

Abe, seperti halnya para pemimpin negara lain, sedang berusaha untuk mencapai keseimbangan antara kerusakan pada ekonomi akibat penguncian berkepanjangan dan kebutuhan untuk menahan penularan virus. Pemerintah akan menambah empat ekonom ke panel penasihat guna memerangi epidemi, sementara tinjauan lain akan dilakukan dalam waktu sekitar satu pekan.

Para ahli ekonomi mengatakan, normalisasi akan dilakukan bertahap karena pemerintah berhati-hati dengan kemungkinan gelombang kedua infeksi, sebagaimana yang terlihat di negara-negara lain, seperti Korea Selatan dan China. "Fokusnya adalah apakah pemerintah akan mencabut keadaan darurat di daerah-daerah besar seperti Tokyo dan Osaka sebelum akhir Mei, seperti yang telah direncanakan sebelumnya," kata Atsushi Takeda, kepala ekonom di Itochu Research Institute.

"Jika ya, pemulihan ekonomi kemungkinan akan lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya," katanya.

Sebanyak 39 prefektur memiliki jumlah penduduk 54 persen dari total populasi Jepang. Daerah Tokyo raya, yang akan tetap berada di bawah status darurat, mewakili sekitar sepertiga dari ekonomi negara itu.

"Tokyo adalah jantung ekonomi Jepang. Ini seperti mengendarai mobil dengan tiga roda," kata Jesper Koll, kepala eksekutif manajer aset Wisdom Tree Jepang.

Fast Retailing Co, pemilik jaringan pakaian kasual Uniqlo, yang sudah mulai membuka kembali gerai di seluruh negeri, mengatakan, pihaknya merencanakan pembukaan kembali lebih lanjut mulai Jumat setelah keadaan darurat dicabut.

Jepang telah melaporkan 16.100 kasus virus corona. Jumlah itu tidak termasuk yang berasal dari kapal pesiar yang sebelumnya dikarantina di Yokohama. Selain itu, terdapat 696 kematian hingga saat ini akibat penyakit Covid-19, menurut lembaga penyiaran publik NHK.

Sementara Jepang telah menghindari jenis pertumbuhan eksplosif yang terlihat di Amerika Serikat dan di tempat lain, pengujiannya juga termasuk yang terendah, yaitu 188 tes reaksi rantai polimerase (PCR) per 100 ribu orang, dibandingkan dengan 3.159 di Italia dan 3.044 di Jerman.

Tokyo, yang paling terpukul oleh wabah Covid-19, telah melakukan hanya 50 ribu tes sejauh ini, yang 5.000 di antara hasilnya positif. Meskipun deklarasi darurat negara Jepang tidak memiliki kekuatan penegakan hukum, data mobilitas telah menunjukkan penurunan tajam dalam pergerakan orang.

Pemerintah pekan ini melaporkan penurunan 20 persen jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dalam sembilan hari hingga 7 Mei, menjadi 4.449 orang. Di Tokyo, kasus baru turun menjadi hanya 10 pada Rabu (13/5).

Osaka, kota metropolis terbesar kedua di Jepang, juga akan tetap menjadi target keadaan darurat. Namun, gubernur telah mengumumkan kriteria untuk secara bertahap mencabut beberapa aturan pembatasan pada bisnis, termasuk restoran dan bar.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement