REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG — Seperti banyak negara di dunia, warga di Korea Utara (Korut) kini bersiap untuk menyambut kembali kehidupan normal setelah aturan pembatasan yang diberlakukan untuk mengendalikan penyebaran virus corona jenis baru (Covid-19) yang menjadi pandemi global. Pada 1 Juni mendatang, sekolah-sekolah di sana dibuka kembali, tetapi hal ini nampaknya memicu kekhawatiran banyak orang karena tak semua mungkin dipersiapkan dengan baik.
Dilansir Rfa, warga di Korut yang memiliki anak-anak khawatir apakah sanitasi di sekolah-sekolah telah memadai. Sekolah-sekolah itu seharusnya dimulai 17 Februari lalu, tetapi pemerintah memperpanjang liburan musim dingin hingga 23 Maret, kemudian hingga 20 April, sebelum menetapkan secara resmi pada 1 Juni.
"Setelah menunda hari pertama sekolah empat kali, karena Covid-19, mereka diharapkan untuk membuka kali ini," ujar seorang sumber yang merupakan warga provinsi Hamgyong Utara dan meminta anonimitas untuk berbicara secara bebas.
Perintah pembukaan kembali sekolah-sekolah diberikan ke semua tingkat sistem pendidikan provinsi pada 15 Mei. Setelah mendengar keputusan Departemen Pendidikan Korut, warga khawatir bahwa epidemi akan menyebar di kalangan siswa, mengingat hingga saat ini wabah belum dapat ditanggulangi di seluruh dunia.
“Di lembaga pendidikan, seperti sekolah dan taman kanak-kanak, kegiatan kelompok sangat penting. Penduduk khawatir karena anak-anak tidak memiliki pedoman dasar-dasar kebersihan dan disinfeksi pribadi yang diperlukan,” kata sumber itu.
Tetapi sumber itu mengatakan bahwa pemerintah meminta seluruh sekolah untuk menyiapkan langkah-langkah kebersihan. Kementerian Pendidikan mewajibkan sekolah dan taman kanak-kanak untuk menyiapkan desinfektan dan bahan dasar untuk disinfeksi guna memastikan para siswa dapat menggunakannya.
Namun, tak ada peralatan yang diberikan atau dengan kata lain sekolah-sekolah harus menyediakan secara mandiri. Sumber lain yang meminta anonimitas dari Provinsi Ryanggang mengatakan taman kanak-kanak dan sekolah di sana juga telah diperintahkan untuk mulai pada Juni.
“Setiap sekolah di sini di Hyesan (kota terbesar provinsi), sangat bermasalah tentang bagaimana mereka akan mencegah penyebaran Covid-19 di antara para siswa,” kata sumber tersebut.
Sumber kedua juga menjelaskan bahwa pihak berwenang mengeluarkan arahan karantina, tetapi tidak menyediakan pasokan apa pun. Kementerian pendidikan provinsi mengeluarkan pedoman untuk setiap sekolah, menyerukan persiapan karantina dan langkah-langkah pencegahan agar mereka dapat merespon dengan cepat dalam keadaan yang tidak terduga, dan mempertahankan tekanan konstan terhadap virus corona jenis baru.
“Mereka hanya memerintahkan sekolah untuk menyiapkan bahan dasar untuk desinfektan dan untuk menimbun obat-obatan darurat sendiri, sehingga penduduk dan pejabat sekolah mengkritik otoritas pendidikan,” sumber kedua menambahkan.
Sumber kedua mengatakan bahwa kemungkinan pihak berwenang tahu bahwa arahan mereka tidak cukup untuk mempersiapkan setiap sekolah untuk pembukaan kembali. Pemerintah Korut diminta sadar bahwa tidak mungkin bagi setiap sekolah untuk mengamankan persediaan desinfektan atau karantina sendiri, terutama ketika kebutuhan hidup dasar seperti air dan listrik tidak dipasok dengan baik di Hyesan.
"Tetapi dalam situasi ini, pihak berwenang masih bisa begitu berani untuk memberi sekolah dan siswa perintah untuk secara ketat mengikuti pedoman karantina mereka,” jelas sumber kedua tersebut.
Meski hingga saat ini Korut mengklaim kepada dunia bahwa mereka tidak memiliki satu pun kasus Covid-19 yang dikonfirmasi, terdapat laporan bahwa pemerintah negara terisolasi itu mengakui secara terbuka melalui pembicaraan dengan kelompok-kelompok pengamat lingkungan bahwa virus corona jenis baru telah menyebar di tiga wilayah, termasuk di antaranya adalah Ibu Kota Pyongyang.