REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Memasuki fase new normal setelah pelaksanaan PSBB, masyarakat perlu tetap disiplin menjalakan protokol selama pandemi Covid-19. Kedisiplinan itu dinilai akan mendorong keberhasilan penanganan pandemi Covid-19 selama masa new normal itu.
Anggaran pemerintah cukup kecil untuk penanganan Covid-19 ini, tak sampai 3 persen, tetapi perlu diyakini bahwa semua usaha yang dilakukan demi perlindungan warga, seperti halnya di Jerman dengan anggaran penanganan Covid-19 yang mencapai 40 persen dari PDB. "Pemerintah tentu punya kekurangan, tapi kita sebagai warga negara perlu membantunya dengan disiplin, nurut sama protokol yang ditetapkan pemerintah," ujar mantan jubir presiden Wimar Witoelar di acara webinar halal bihalal Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB), Ahad (31/5) malam.
Selain Wimar, hadir di webinar pukul 19.00-23.00 WIB itu ada Rahmat Witoelar (mantan dubes), Hendarmin Ranadireksa (aktivis prodemokrasi), Masli Mulia (mantan dirut Samudra Indonedia), Ade Indira Sugondo (mantan anggota DPR), Hilmi Panigoro (dirut Medco), Ahmad Ridwan Tento (sekjen GINSI), Ria Dewi Eryani (dosen Psikologi Unisba, Wan Abbas (pengurus PRSSNI Jabar), Roy Rondonuwu (dosen Fikom Unpad), Harris Harlianto (kepala IVF Bandung Fertility Center), Syafiril Erman (penulis novel Kepundan), Priyantono Oemar (wartawan Republika), Nadia Rahmawati (pegiat Komunitas Keluarga Masa Kini). Diskusi dibuka oleh Ketua PMB Gusman Maulana dan dipandu oleh pengurus PMB, Cici Citra Wati.
Selalu bersemangat, selalu berbahagia, juga diakui Wimar sebagai cara menjalani masa pandemi ini. Ia yang sudah berusia 75 tahun itu, masuk kategori yang tidak boleh keluar rumah. Ia juga harus disiplin tetap bekerja dari rumah mengelola perusahaan konsultan komunikasi.
Dari rumahnya, ia cukup senang bisa menikmati pemandangan Gunung Gede dan Gunung Salak. Udara yang bersih selama pemberlakuan PSBB membuat gunung-gunung di selatan Jakarta itu terlihat dari Jakarta.
Udara yang bersih diharap bisa berkontribusi bagi kehidupan manusia menghadapi pandemi Covid-19. Karena obatnya belum ditemukan, orang-orang di seluruh dunia akam hidup bersama virus ini. Karenanya, kata Hendarmin Ranadireksa, cepat atau lambat, suka atau tidak suka, mau tidak mau orang-orang perlu beradaptasi dengan kehidupan baru yang diterapkan selama masa pandemi Covid-19 ini.
Pelaksanaan new normal diakui Nadia Rahmawati masih menjadi kekhawatiran para orang tua. Terutama di bidang pendidikan. Karena itu, ia berharap pelaksanaan new normal dilakukan secara bertahap. Sekolah bisa dibuka jika kurva pasien benar-benar sudah landai, sehingga mengurangi risiko penularan pada anak-anak.
Menaati protokol, menurut Jeffrey Mulyono, menjadi syarat mutlak dalam pelaksanaan new normal. Jeffrey yang pernah positif Covid-19 menegaskan perlunya disiplin jaga jarak, pakai masker, dan rajin cuci tangan. "Saya baru sembuh setelah 42 hari dirawat. Kenanya mungkin karena sering menyentuh benda di tempat umum. Waktu itu saya tak rajin cuci tangan meski sudah pakai masker dan jaga jarak," ujar Jeffrey.
Modal Jeffrey untuk sembuh adalah semangat. Stres justru akan memperparah kondisi. Kondisi psikis, menurut Ria Dewi Eryani, perlu terus dijaga agar tidak stres. Ada banyak kondisi yang membuat orang stres, namun Ria Dewi menyarankan perlu dihindari. Bersemangat, menghindari stres, menurut Ria Dewi Eryani, menjadi salah satu peningkat imunitas tubuh.
Kepedulian sosial juga menjadi kekuatan bangsa ini untuk bersama-sama menghadapi masa sulit selama pandemi. "Ketika pengusaha di Jakarta diajak untuk membantu penyediaan kamar hotel bagi tenaga medis, sambutannya luar biasa, sehingga bisa menyediakan kamar-kamar hotel dekat rumah sakit, agar tenaga medis bisa melindunginya keluarganya dengan cara tidak perlu pulang ke rumah," ujar Hilmi Panigoro.
Kepedulian sosial begitu mudah muncul di bangsa Indonesia untuk bersama-sama melawan Covid-19. Di masa wabah pes dulu, menurut Priyantono Oemar, dokter Tjipto Mangoenkoesoemo sampai perlu berteriak agar semua warga negara dilibatkan dalam perang melawan wabah pes dengan cara meminta pemerintah mengumpulkan pajak wabah, sehingga warga di daerah yang tak terkena wabah pun bisa mrmbantu daerah yang terkena wabah. Usulan itu dilontarkan karena pemerintah Hindia Belanda membiarkan warga di daerah yang terkena wabah berswadaya mengatasinya sendiri.
Memasuki masa new normal, diperlukan sikap adaptif dengan mengedepankan keselamatan. "Dengan karyawan 14 ribu, selama pandemi Covid-19 ini Medco bisa menerapkan kerja dari rumah karena data sudah ada di database yang bisa diakses dari mana saja, sehingga yang bekerja di kantor atau di lokasi operasi bisa kurang dari 50 persen," ungkap Hilmi. Medco sudah menyiapkan sistem kerja ini sejak dua tahun lalu.
Menurut Priyantono, bangsa Indonesia pernah mengalami kondisi serupa dengan situasi berbeda ketika terjadi wabah pes yang bermula dari 1911 hingga 1930-an. Vaksin pes baru ditemukan Dr Otten pada 1934. "Di masa wabah yang cukup lama itu, saat itu orang-orang juga perlu beradaptasi dengan keadaan baru. Orang-orang yang bepergian harus terbiasa didisinfektan dan dikarantina sebelum bertemu orang lain di tempat tujuan," ujar Priyantono.
Maka, di masa new normal nanti, yang perlu diutamakan adalah kegiatan yang produktif. Berbondong-bondong pergi ke mal atau pergi makan di kafe, menurut Priyantono, bukanlah kegiatan produktif, sehingga sebisa mungkin dihindari.
Memang dibandingkan dengan pasar tradisional, mal bisa jadi lebih terjaga pengawasannya karena ada petugas pengukur suhu dan mengendalikan jumlah pengunjung. Hal itu belum dilakukan di pasar tradisional. "Saya beberapa kali mencoba keluar-masuk pasar tradisional, tak ada peneriksaan suhu, tak ada penjarakan kios. Pengunjung bisa berdesakan di pasat tradisional," ujar Priyantono.
Menormalkan kembali aktivitas produktif di luar rumah dinilai akan segera memulihkan ekonomi. "Kelemahan kita selama ini adalah nilai ekspor kita yang rendah, namun di masa pandemi negara-negara yang nilai ekspornya tinggi menjadi tak berdaya juga. Sementara kita bisa bertahan. Domestic driven economy menjadi kekuatan kita saat ini untuk bangkit kembali," kata Hilmi.
Harris Harlianto menyebut, ada banyak bidang kegiatan produktif yang tidak bisa dikerjakan di rumah, seperti bayi tabung yang ia kelola, misalnya. Namun, bidang-bidang pekerjaan itu tetap haris berjalan. "Pelaksanaan new normal terkesan pemerintah menjalankan herd immunity, padahal sebenarnya bukan," ujar Harris.
Harris melihat pelaksanaan new normal semata agar kehidupan ekonomi berjalan kembali dengan tetap ada pembatasan dalam kehidupan sosial. Karena itu, pemerintah perlu secara bertahap menjalanlan new normal dengan prioritas-prioritas tertentu untuk mendorong bangkitnya kehidupan ekonomi dengan meminimalkan risiko peningkatan Covid-19.