REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat transportasi Budiyanto memprediksi biaya operasional angkutan umum bakal melonjak jika kebijakan pengaturan jarak diberlakukan di masa new normal. Sebab, tak semua kursi penumpang boleh terisi yang berdampak pada berkurangnya pendapatan.
Budiyanto menyebut protokol kesehatan akan diberlakukan ketat pada sektor yang bersentuhan dengan kegiatan manusia, termasuk transportasi angkutan umum. Tujuannya memutus penularan virus Covid- 19 di ranah publik. Protokol physical distancing akan membuat kapasitas penumpang yang diperbolehkan hanya 50 persen dari kapasitas normal.
"Ini akan berpengaruh terhadap penghasilan para pengemudi, belum lagi ditambah biaya kebersihan interior mobil dan biaya-biaya tak terduga lainnya. Situasi ini tentunya akan menjadi problema tersendiri," kata Budiyanto dalam keterangan pers pada Republika.co.id, Selasa (2/6).
Kondisi ini juga akan berdampak pada psikologis pengemudi. Sebab para pengemudi
akan memikirkan penghasilan yang mungkin akan turun dan sekaligus berimbas ke perusahaannya. Oleh karena itu, Budiyanto menyarankan
pemerintah perlu memberikan subsidi atau PSO bagi angkutan umum terdampak.
"Dampak angkutan umum terhadap perkembangan situasi Covid- 19 perlu diperhitungan cermat, termasuk langkah - langkah mitigasi. Kehadiran pemerintah perlu untuk mengatur berkaitan tarif dan pemberian subsidi agar tidak membebani masyarakat," ujar Budiyanto.
Budiyanto menekankan kehadiran angkutan umum penting untuk mengakselerasikan mobilitas orang dan barang dari satu ke tempat lain. Ia optimis dengan pengaturan dan jaminan perlindungan dari pemerintah maka angkutan umum bisa bertahan.
"Khususnya demi pengguna jasa angkutan umum dan sekaligus memberikan jaminan dalam kelangsungan operasionalisasi angkutan umum dari aspek hukum," ucap Budiyanto.