REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyatakan, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki peluang di market online. Sebab, selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan, perilaku konsumen berubah.
Penjualan di e-commerce pun meningkat hingga 18 persen sejak Maret 2020. “Ini luar biasa. Kebijakan di rumah saja mendorong penjualan kebutuhan primer, di mana kebutuhan masyarakat akan makan dan minum selama PSBB paling banyak dari UMKM naik 52,6 persen, keperluan sekolah naik 34 persen, kebutuhan personal seperti masker dan hand sanitizer, juga tumbuh 29 persen," tutur dia melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (2/6).
Ia melihat melihat banyak pelaku UMKM melakukan adaptasi dan bisnis terhadap permintaan baru. "Saya optimistis, UMKM selalu fleksibel dan dinamis untuk melihat peluang usaha baru”, kata Teten.
Hanya saja, lanjutnya, UMKM yang terhubung dengan market online baru sekitar 13 persen atau sekitar delapan juta pelaku usaha. Sebanyak 70 persen sisanya belum terhubung, karena tidak memiliki infrastruktur dasar, termasuk minim literasi.
Teten sudah meminta para pelaku e-commerce membuka laman UMKM di market mereka supaya produk UMKM semakin banyak dijual di market online. Dengan begitu market online tidak didominasi produk impor.
Bagi UMKM yang belum terhubung sistem pembiayaan, sambungnya, akan bisa langsung masuk ke program relaksasi. Dengan begitu, nantinya seluruh UMKM bisa terhubung dengan sistem pembiayaan.
Teten juga berharap Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu (KOPITU) membantu mendorong UMKM yang selama ini belum pernah mendapat pembiayaan dari perbankan atau Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dengan begitu mereka bisa mendapatkan pembiayaan dari program relaksasi, atau ke koperasi simpan pinjam.
Aktivasi dan perluasan penyerapan pasar atau market driven turut menjadi program Kemenkop selama ini. Demi mendorong perbaikan UMKM agar bisa naik kelas.
Dirinya mengungkapkan, kebanyakan UMKM tidak memiliki toko, pasar pun terbatas di lingkungan sekitar, sehingga penting didorong masuk ke market online. “Walaupun nanti sudah terhubung dengan market online, tidak berarti semerta-merta penjualan langsung meningkat,” jelas dia.
Karena, lanjut Teten, persaingan di market online dari sisi brand dan kualitas juga menjadi faktor yang penting. Problem utama UMKM, yakni mempunya merek terlalu banyak untuk satu jenis produk. Misalnya, produk kopi, keripik, bakpia, dan sebagainya. Pihaknya akan konsolidasi lewat Smesco Indonesia, yang akan meluncurkan skema brand bersama.
Selain itu, kapasitas produksi di UMKM juga masih rendah. Maka kalau didorong ke market online yang pasarnya nasional dan ekspor, namun dengan keterbatasan kapasitas produksi, maka akan ditinggalkan konsumen.
“Konsolidasi UMKM ini menjadi hal penting untuk dilakukan," tuturnya.