Jumat 05 Jun 2020 09:43 WIB

Dampak Air Pasang tak Ganggu Aktivitas Perindo

Fenomena air laut yang meluap ke daratan ini berdampak dibeberapa pelabuhan perikanan

Rep: Muhammad Nursyams/ Red: Agus Yulianto
Perahu nelayan diterjang gelombang pasang yang terjadi sejak dua hari terakhir.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Perahu nelayan diterjang gelombang pasang yang terjadi sejak dua hari terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) memastikan naiknya permukaan air laut atau banjir rob tidak mengganggu aktivitas bisnis perusahaan.

Sesuai peringatan dini dari Pusat Meteorologi Maritim dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada Rabu (3/6) hingga Jumat (5/6) akan ada gelombang tinggi air laut disejumlah wilayah pesisir perairan utara pulau jawa. 

Sekretaris Perusahaan Perum Perindo Boyke Andreas mengatakan, fenomena air laut yang meluap ke daratan ini berdampak dibeberapa pelabuhan perikanan yang dikelola Perum Perikanan Indonesia. 

"Dampak gelombang tinggi air laut menggenangi kawasan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan dan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta, namun kami memastikan aktivitas disetiap lini bisnis usaha tetap berjalan dengan baik," ujar Boyke dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Jakarta, Jumat (5/6).

Boyke menambahkan beberapa langkah antisipatif Perum Perindo tengah diterapkan dibeberapa segmen bisnis kepelabuhanan disejumlah pelabuhan perikanan dalam menghadapi banjir rob. Salah satunya bekerja sama dalam penyediaan pompa banjir dengan Unit Pelayanan Terpadu Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kata Boyke, selama ini mesin pendingin raksasa atau cold storage dan pabrik es tidak terganggu banjir rob. Pasalnya, lokasi bangunan berada pada level yang lebih tinggi. Namun, ada beberapa kegiatan usaha yang membutuhkan perhatian lebih ketika banjir rob melanda, di antaranya kegiatan penyediaan listrik, air dan dock kapal di pelabuhan perikanan. 

Dalam hal ini, lanjut Boyke, perusahaan tengah mempersiapkan tanggul sementara di sejumlah area strategis tersebut agar tidak mengganggu kegiatan usaha di dalam mawasan pelabuhan perikanan, apalagi di masa pandemi covid yang memasuki era new normal sehingga adanya fenomena air pasang ini juga dilakukan persiapan ekstra. 

"Langkah pencegahan dan persiapan ekstra perlu kami lakukan agar air laut pasang yang menggenangi pelabuhan perikanan tidak berdampak juga pada kesehatan para karyawan dan para tenan sebagai pemangku kepentingan kami yang berlokasi di Pelabuhan Perikanan," ucap Boyke. 

Boyke menyampaikan keberadaan tanggul dinilai ampuh menangkal rob dan menurutnya upaya preventif melalui tanggul buatan ini bersifat sementara dan khusus di area tertentu segmen usaha Perum Perindo. Pasalnya untuk tanggul sesungguhnya seperti pembangunan tanggul di area Muara Baru telah digagas pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Pemerintah Provinisi DKI Jakarta serta pihak terkait lainnya.

Proyek tanggul laut raksasa atau giant sea wall ini dikenal dengan sebutan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Adapun Muara Baru merupakan salah satu titik prioritas dalam proyek Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara.

Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (PUPR), kata Boyke, panjang tanggul yang segera dibangun mencapai 29,05 kilometer dan hingga saat ini tanggul yang terbangun baru mencapai 8,22 kilometer. Lokasi tanggul yang dikerjakan Kementerian PUPR tersebar di Muara Baru, Kamal Muara, dan Kali Baru.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement