REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan belasungkawanya atas kematian seorang warga Palestina yang ditembak mati polisi Israel.
Pernyataan itu disampaikan pada Ahad (7/6) atau setelah sepekan lebih usai kejadian, Sabtu (30/6). "Apa yang terjadi pada Iyad Al Halaq adalah sebuah tragedi. Ini adalah seorang pria penyandang cacat, autisme, yang diduga, dan kami (sekarang) tahu salah, menjadi teroris di tempat yang sangat sensitif," kata Netanyahu sebagaimana dilansir Reuters.
Iyad al-Halaq (32 tahun) meninggal dunia dalam pengejaran polisi di Kota Tua Yerusalem pada 30 Mei. Padahal Iyad Al Halaq tak bersenjata dan juga mengidap autisme.
Seorang juru bicara polisi mengatakan, pada saat itu petugas mencurigai dia membawa senjata. Sedangkan kini, divisi internal kepolisian Israel tengah berupaya melakukan penyelidikan atas kasus itu.
Palestina kini membandingkan kematian Iyad Al Halaq dengan kematian pria kulit hitam Amerika Serikat, George Floyd. Keduanya sama-sama mati di tangan polisi. Floyd tewas usai lehernya ditekan menggunakan lutut oleh polisi di Minneapolis.
Ratusan orang menghadiri pemakaman Halaq sepekan yang lalu. Pejabat Palestina dan keluarga Halaq mengatakan dia menderita autisme parah dan panik dan berlari ketika petugas menyerangnya.
"Saya tahu bahwa (polisi) sedang melakukan pemeriksaan. Kita semua berbagi atas kesedihan keluarga," kata Netanyahu dalam sambutan publik kepada kabinetnya.
Berbicara kepada Menteri Keamanan Dalam Negeri Amir Ohana, yang bertanggung jawab atas kepolisian, pada rapat kabinet, Netanyahu mengatakan, "Saya mengharapkan penyelidikan penuh Anda atas masalah ini."