REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Media Israel Jerusalem Post melaporkan, Kepala Badan Intelijen Nasional Israel (Mossad), Yossi Cohen, berencana melakukan perjalanan melintasi Timur Tengah, untuk diam-diam bertemu dengan para pemimpin Arab Sunni moderat secara pribadi.
Cohen dikabarkan ingin meyakinkan mereka untuk melemahkan oposisi terhadap rencana Israel dalam mengambil kendali atas sekitar sepertiga Tepi Barat.
Dilansir dari laman Sputniknews Selasa (16/6), Cohen dikenal karena diplomasinya yang tenang. Dia dilaporkan sudah melakukan perjalanan ke Mesir akhir bulan lalu untuk bertemu dengan pejabat senior pemerintah Mesir, dan intelijen untuk membahas rencana Tepi Barat Israel, dan kemungkinan reaksi Palestina.
Sebelumnya Cohen juga melakukan perjalanan ke Qatar, dan menjalin kontak dengan Arab Saudi di negara-negara Teluk lainnya.
Hanya dua negara Arab, Mesir, dan Yordania, yang menikmati hubungan diplomatik normalisasi dengan Tel Aviv. Sementara negara tetangga Suriah dan Lebanon, serta Irak, negara-negara Teluk, Libya, dan lainnya belum melakukannya, setelah beberapa perang Arab-Israel dan ketidaksepakatan mengenai perlakuan pada orang Palestina.
Beberapa negara kini memperingatkan Netanyahu agar tidak bergerak maju dengan rencana Tepi Baratnya. Akhir pekan lalu, Menteri Luar Negeri Luksemburg, Jean Asselborn menyebut rencana itu sebuah pelanggaran berat terhadap hukum internasional, dan menyarankan agar Uni Eropa (UE) harus mengakui kenegaraan Palestina.
Sebelum itu, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas melakukan perjalanan ke Israel secara pribadi untuk memperingatkan para pejabat bahwa akan ada konsekuensi jika Negara itu bergerak maju.
Lebih dari belasan kedutaan besar Barat mengirim catatan protes kepada pemerintah Israel. Mereka menyatakan bahwa jika diterapkan, inisiatif Israel akan menghancurkan peluang perdamaian regional, dan merusak kedudukan Tel Aviv di hadapan seluruh dunia. Rusia telah mengindikasikan bahwa mereka akan melihat pencaplokan sebagai perkembangan yang sangat berbahaya.
Yordania telah memperingatkan bahwa mereka akan terpaksa untuk mempertimbangkan kembali perjanjian damai 1994 dengan Israel.
Sementara Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, mengatakan Yerusalem Timur tidak akan lagi ditemukan melalui perjanjian dengan Israel dan AS, termasuk dengan masalah keamanan.
Uni Emirat Arab menyatakan, pencaplokan akan merusak pemulihan hubungan Arab-Israel yang lebih luas di luar masalah Palestina.
Adapun Netanyahu telah berjanji untuk bergerak maju dengan inisiatif ini, dengan pemerintahan Trump menjanjikan dukungannya.
Pada Ahad (14/6) ulang tahun ke-74 Presiden Trump, perdana menteri Israel mengumumkan bahwa langkah-langkah praktis sedang diambil untuk bergerak maju dengan pembangunan yang disebut pemukiman 'Trump Heights' di Dataran Tinggi Golan Suriah, yang diduduki Israel.