REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU— Prajurit TNI tergabung dalam pasukan pemelihara perdamaian Indonesia yang meninggal dunia saat bertugas di Misi MONUSCO, Republik Demokratik Kongo, Serma Rama Wahyudi, akan dimakamkan di Pekanbaru.
Komandan Resor Militer 031/Wirabima, Brigjen TNI Brigadir Jenderal M Syech Ismed, di Pekanbaru, Rabu (24/6), mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu kedatangan kepulangan prajurit Serma Rama Wahyudiyang merupakan anggota Detasemen Peralatan 14 Pekanbaru Komando Distrik Militer I Bukit Barisan.
"Kita masih menunggu dari PMPP (pusat misi pemeliharaan perdamaian). Mungkin dalam beberapa hari ke depan," katanya belum bisa memastikan hari kepulangan Jenazah SermaRama Wahyudi.
Dia mengatakan, jenazah rencananya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Dharma Kota Pekanbaru. Selain itu, ia juga menuturkan bahwa pihaknya tengah mengusulkan kenaikan pangkat terhadap almarhum Serma Rama Wahyudi.
"Dari angkatan darat mengusulkan ke Mabes TNI. Kita tunggu," ujarnya.
Sementara itu, kediaman almarhum yang beralamat di Jalan Garuda Sakti Kilometer 6 Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, mulai ramai sejak pagi. Sejumlah papan bunga ucapan duka juga menghiasi rumah duka.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebutkan seorang anggota pasukan pemelihara perdamaian Indonesia yang bertugas di Misi MONUSCO, Republik Demokratik Kongo dilaporkan meninggal dunia.
Meninggalnya Sersan Mayor (Serma) Rama Wahyudi dikonfirmasi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melalui unggahan di akun Twitternya, Selasa (23/6).
“Penghargaan setinggi-tingginya kepada AlmSerma Rama Wahyudi atas pengabdiannya dalam menjaga perdamaian dunia. Semoga keluarga yang ditinggalkan selalu diberi ketabahan,” tulis Menlu Retno.
Mengutip laporan AFP dari sumber PBB, anggota pasukan perdamaian dari Indonesia terbunuh dan seorang lainnya terluka dalam serangan oleh milisi pada Senin malam (22/6) di bagian timur Republik Demokratik Kongo.
Patroli mereka diserang sekitar 20 kilometer dari Kota Beni di Provinsi Kivu Utara.
Menlu Retno menyampaikan bahwa Dewan Keamanan PBB telah mengutuk keras serangan kepada MONUSCO dan meminta otoritas Kongo untuk melakukan investigasi dan membawa pelakunya ke meja pengadilan.
Dalam sebuah pernyataan, Kepala MONUSCO Leila Zerrougui mengutuk serangan itu, yang katanya dilakukan oleh "tersangka anggota ADF" yakni Pasukan Sekutu Demokrat, sebuah kelompok bersenjata terkenal di timur negara tersebut.
Tentara itu telah mengambil bagian dalam proyek untuk membangun jembatan di daerah Hululu.
ADF adalah gerakan Muslim terutama yang berasal dari negara tetangga Uganda pada 1990-an, yang menentang pemerintahan Presiden Uganda Yoweri Museveni.
Pada 1995, kelompok itu pindah ke Republik Demokratik Kongo, yang menjadi basis operasinya, meskipun mereka tidak melakukan serangan di Uganda selama bertahun-tahun.
Menurut catatan PBB, gerakan tersebut telah menewaskan lebih dari 500 orang sejak akhir Oktober, ketika tentara Kongo melancarkan serangan terhadapnya.
ADF menewaskan 15 tentara PBB di pangkalan mereka di dekat perbatasan Uganda pada Desember 2017, dan tujuh lainnya dalam serangan pada Desember 2018.