REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 ikut memberikan dampak pada model kampanye terbuka atau tatap muka secara langsung. Pakar Komunikasi Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Nyarwi Ahmad menilai para calon kepala daerah yang akan berkontestasi pada pemilihan kepala daerah (pilkada) perlu memikirkan inovasi kampanye melalui media digital.
"Inovasi di sini saya kira juga bukan sekedar teknikal, inovasi ini juga terkait dengan strategi dalam kampanye politik," kata Nyarwi dalam diskusi daring, Ahad (28/6).
Menurutnya, para kandidat di tengah kondisi pandemi seperti saat ini tidak bisa hanya mengandalkan kampanye dengan cara tatap muka secara langsung. Apalagi bagi calon non-pejawat hal tersebut bakal jadi tantangan besar untuk bisa melawan pejawat.
"Mungkin bagi tokoh inkumben (pejawat) yang sudah lama punya daya ikatan di masing-masing daerah, bahkan tanpa kampanye pun dengan melihat kinerja masyarakat apresiasi, saya kira itu sau poin kekuatan yang luar biasa. Tapi kadang kala di daerah urban perkotaan itu juga dipakai, di Makassar dinamikanya cukup luar biasa, itu mungkin ya penting juga ada inovasi-inovasi," ujarnya.
Kemudian, ia menambahkan, Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga perlu membuat kriteria daerah mana saja yang pelaksanaan kampanye tatap mukanya perlu dibatasi. Hal tersebut, menurutnya, penting untuk menjadi acuan bagi para kandidat untuk bisa menjalankan proses kampanye.
"Karena dugaan saya susah juga 100 persen bermigrasi dari model kampanye konvensional kemudian 100 persen langsung mengandalkan digital atau kampanye lewat sosial media," ungkapnya.