REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak kecil bertubuh gemuk cenderung berisiko lebih cepat puber. Mengapa ini bisa terjadi?
Pakar nutrisi Ardy Brian Lizuardi menjelaskan, sistem keseimbangan manusia membutuhkan lemak untuk membentuk hormon. Pada anak yang kegemukan, jumlah lemak dalam tubuh relatif lebih tinggi.
Kelebihan lemak ini justru akan mengganggu produksi hormon di dalam tubuh. Sebab, bahan bakunya otomatis terlalu banyak.
Ardy menuturkan, lemak dalam jumlah berlebih dalam tubuh usia pra-pubertas akan memicu produksi hormon tertentu yang mempercepat pubertas si anak. Alhasil, laju kecepatan mencapai pubertas justru lebih cepat.
"Sedihnya, efeknya itu bukan cuma pubernya lebih cepat, tapi juga berpotensi mengundang gangguan siklus kesehatan, terutama pada perempuan berupa gangguan siklus menstruasi," tutur Ardy dalam NutriClass, Health and Nutrition Webinar Series for Media bertema "Myths and Facts About Nutrition yang diselenggarakan Nutrifood" yang disimak di Jakarta, Selasa (30/6).
Selain itu, menurut Ardy, proses pertumbuhan anak juga bisa terganggu. Ia pun menyarankan agar anak memiliki berat badan yang ideal.
"Bila anak kegemukan, ada dampak jangka panjang," jelas peraih gelar Master of Science in Nutrition and Health dari Wageningen University, Belanda ini.
Ardy menyebut, ada studi yang disebut early life programming. Ini adalah konsep kondisi masa kecil yang memengaruhi masa dewasa. Misalkan, masa kecil mengalami kegemukan, masa kecil mengalami asupan nutrisi yang tidak tepat, atau masa kecilnya memiliki stres yang tinggi, ternyata itu berkorelasi dengan kondisi dewasa yang tidak sehat.
Risiko ini pun bisa terjadi pada anak-anak yang mengalami kegemukan. Saat dewasa, mereka malah cenderung tidak sehat, lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan obesitas.
"Jadi, untuk orang tua, sebaiknya anaknya tetap dijaga berat badannya dalam kondisi ideal, jangan terlalu gemuk, jangan terlalu kurus,” ujar Ardy.