REPUBLIKA.CO.ID, MESIR -- Seorang imam di Mesir baru-baru ini menyampaikan pendapat kontroversialnya di media sosial. Akibatnya, ia pun ditangguhkan sementara waktu untuk tidak mengisi khutbah di mimbar masjid.
Ia adalah Abdallah Roshdy yang saat ini sedang menunggu untuk penyelidikan lebih lanjut mengenai pernyataan kontroversialnya. Dalam unggahan di media sosialnya, Roshdy menyebutkan faktor utama terjadinya pelecehan seksual adalah disebabkan oleh pakaian pendek dan ketat yang digunakan perempuan itu sendiri.
Dalam postingan video di akun Twitternya, Roshdy mengatakan: "Orang bijak memberi nasihat kepada temannya: 'Tolong kunci mobil Anda sebelum Anda pergi ke (masuk) rumah Anda, karena jika dibiarkan terbuka, itu bisa dicuri.' Temannya (yang) 'jenius' (menjawab) : ‘Oh tidak? Anda membenarkan pencurian itu? Rupanya, pikiran perlu diaktifkan kembali. ”
Pendapatnya itu telah memicu kemarahan yang lebih luas. Pendapat Roshdy berkaitan dengan kasus pemerkosaan berantai yang dilakukan Ahmed Bassem Zaki. Ahmed Bassem Zaki telah melakukan kejahatan seksual dan pemerkosaan kepada 50 perempuan.
Kasus ini terbongkar pada awal Juli lalu setelah seorang perempuan dari Universitas Amerika di Kairo mengungkap detail kasus pemerkosaan yang dilakukan Zaki terhadapnya dan juga temannya pada 2018. Postingannya pada grup Facebook tersebut dihujani oleh ribuan komentar.
Postingan tersebut saat ini telah dihapus. Kendati demikian, puluhan korban mulai menceritakan pengalaman pahit mereka menjadi korban pelecehan seksual tersebut termasuk kasus 2016, ketika Zaki menjadi mahasiswa senior di American International School (AIS) di Kairo. Keluhan lama yang tidak pernah ditanggapi oleh pihak berwenang.
Sayangnya, kali ini Zaki tidak bisa lolos dari hukum setelah kasusnya ramai di media. Zaki, telah diamankan pada Sabtu lalu atas tuduhan tindak kejahatan seksual terhadap tiga perempuan, termasuk satu di bawah umur.