REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan ia tidak akan membiarkan 'saudara-saudara' Libya sendirian. Ia mengumumkan kesepakatan baru dengan pemerintah Libya yang diakui internasional kali ini dengan keterlibatan PBB.
"Ikatan kami dengan Libya memiliki sejarah panjang selama 500 tahun," kata Erdogan seperti dilaporkan media Turki, Daily Sabah, Ahad (19/7).
Erdogan menekankan tekad Turki untuk meningkatkan ikatan dengan Libya. Menurutnya memperkuat ikatan dengan Libya salah satu tanggung jawab Turki.
Pada 27 November lalu Ankara dan Tripoli menandatangani dua pakta kerja sama yang terpisah. Pakta pertama kerja sama militer dan yang lainnya mengenai perbatasan maritim di Laut Tengah atau Mediterania.
Pakta maritim menegaskan hak Turki di Mediterania Timur dalam pengeboran unilateral dengan pemerintahan Siprus Yunani. Perjanjian itu menegaskan Republik Siprus Utara Turki (TNRC) juga memiliki hak atas sumber daya di wilayah tersebut.
Pakta tersebut mulai berlaku pada 8 Desember. Dalam kerja sama militer, Turki mengirimkan konsultan untuk membantu tentara pemerintah Libya mengalahkan milisi pimpinan Khalifah Haftar, LNA.
Sejak diktator Muamar Qadafi digulingkan pada 2011 lalu, Libya mengalami perang dan kekacauan. Pasukan Haftar yang didukung Mesir, Uni Emirat Arab dan Rusia berusaha menjatuhkan GNA yang diakui internasional.
"Langkah Mesir (di Libya) terutama berpihak pada pemberontak Haftar menujukkan mereka melakukan proses illegal," kata Erdoğan mengenai langkah Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sissi baru-baru ini.
Pada Kamis (16/7) lalu al-Sisi bertemu dengan kepala-kepala suku Libya di Kairo. Dalam pertemuan itu al-Sisi mengatakan Mesir tidak akan 'tinggal diam' melihat meningkatnya mobilisasi militer di dekat kota Sirte.
Pernyataan ini ia sampaikan beberapa hari setelah parlemen di timur Libya yang mendukung Haftar diam-diam menyuarakan dukungan intervensi militer Mesir di negara itu. Dalam pidatonya Erdoğan juga membahas tentang tentara bayaran Uni Emirat Arab di Libya.
"Di atas semua itu, pengiriman senjata dan uang dalam jumlah banyak yang dilakukan Abu Dhabi ke pemberontak dalam pendekatan bajak laut menunjukkan posisi mereka," tambah Erdoğan.