Senin 20 Jul 2020 06:34 WIB

Pendongeng Hibur Anak-Anak Meksiko Selama Pandemi

Anak-anak mendengarkan dongeng dari jendela rumah mereka.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Percibald Garcia membacakan dongeng untuk didengarkan anak-anak di komplek apartemen Mexico City.
Foto: ap
Percibald Garcia membacakan dongeng untuk didengarkan anak-anak di komplek apartemen Mexico City.

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Percibald Garcia menyadari kebijakan karantina wilayah dapat sangat menjemukan terutama bagi anak-anak. Maka arsitek muda itu pun memutuskan untuk berbagi cerita dengan mereka.

Hampir setiap hari sejak awal bulan Mei, laki-laki berusia 27 tahun itu mendatangi sebuah kompleks apartemen besar di Mexico City.  Bersama 'mikrofon kelilingnya' ia menceritakan berbagai kisah untuk anak-anak yang mendengarkannya dengan hening dari jendela rumah mereka. 

Baca Juga

Sebagian besar anak-anak zaman sekarang sibuk dengan telepon genggam, tablet atau komputer mereka. Garcia ingin anak-anak mendengar suara manusia dan kisah-kisah menakjubkan dari seluruh dunia.

Ia ingin anak-anak menyadari mereka dapat menggunakan alun-alun atau yang biasa disebut plaza untuk berkomunikasi  meskipun dari jauh. Selama berabad-abad, plaza menjadi ruang publik tempat masyarakat Meksiko berkumpul.

"Kami menyadari hampir tidak ada orang yang memeriksa bagaimana anak-anak menjalani masa karantina," kata Garcia, Sabtu (18/7) lalu.

Ia meletakan mikroponnya di salah satu ruang hijau yang terletak di antara dua gedung yang bersebelahan. Garcia membacakan El Tlacuache Lunatico (Tupai Meksiko yang Gila). Sebuah cerita dari David Martin del Campo, tentang tupai yang menderita karena ia pendek. Tupai itu mencoba meraih bulan agar ia merasa tinggi.

Ketika sampai ia memakan bulan, dan lalu bersama binatang-binatang lainnya tupai itu berusaha mengembalikan bulan seperti sedia kali. Garcia membacakan kisah-kisah lain dengan nada dan pesan yang sama.

Biasanya Garcia akan memainkan musik anak-anak yang digubah oleh Francisco Gabilondo Soler. Terkadang pendongeng lain ikut berpartisipasi. Begitu pula dengan pemain wayang. Setiap Sabtu selalu ada anak yang duduk di jendela apartemen mereka, mendengarkan kisah-kisah tersebut.

Kegiatan ini tidak hanya gerakan saling menghibur, seperti paduan suara masyarakat Italia dari balkon apartemen mereka di awal pandemi. Tapi juga upaya untuk menegaskan kembali ruang publik dan membendung imigrasi ke dunia digital.

"Dalam tiga bulan terakhir, semuanya pergi ke daring, kerja, komunikasi, belanja, ini adalah aksi perlawanan dalam menghadapi ganasnya digitalisasi yang kami alami," kata Garcia. 

Rogelio Morales mendengarkan cerita-ceritanya Garcia dari jendela apartemen neneknya. Sejak bulan Maret, bocah berusia 9 tahun itu menghabiskan waktunya bermain video games. Ia mengatakan ia keluar rumah hanya untuk jalan-jalan dengan anjingnya.

"Ini sedikit membosankan, saya rindu sekolah,  bagus bila ada sesuatu yang kami lakukan atau kami akan sangat frustasi, kami bisa sedikit santai," kata Rogelio.

Luna Gonzalez datang bersama ibunya, Tatiana Vega untuk mendengarkan cerita dari jarak aman. Keduanya mengenakan masker wajah.

"Saya membayangkan karakter-karakternya, saya membayangkan binatangnya seperti apa," kata Luna yang menggunakan pakaian terbaiknya bila memiliki kesempatan keluar rumah. "Terkadang saya keluar, karena saya bosan di rumah," katanya.

Garcia menamakan proyeknya sebagai De la Casa a la Plaza (Dari Rumah ke Plaza). Pandemi memukul keras aspek sosial masyarakat karena demi menahan laju penularan warga dilarang berkumpul. Garcia mengatakan plaza bagian penting bagi masyarakat Meksiko.

"Sejak leluhur kami, sejak zaman Aztek, ruang publik plaza sangat penting bagi kami, masyarakat Meksiko, di sini tempat masyarakat bertemu, berbicara, tempat lingkungan perumahan berkembang," kata Garcia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement