Senin 20 Jul 2020 21:08 WIB

Sulit Gelar Belajar Daring, Guru Datang ke Rumah Murid

Guru SD di Magelang datangi rumah para muridnya untuk mengajar karena susah sinyal

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Guru SD di Magelang datangi rumah para muridnya untuk mengajar karena susah sinyal untuk gelar belajar daring. Ilustrasi.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Guru SD di Magelang datangi rumah para muridnya untuk mengajar karena susah sinyal untuk gelar belajar daring. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG - Seorang guru di Kabupaten Magelang bernama Henricus Suroto rela mendatangi rumah murid-muridnya untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Hal ini dilakukan karena pembelajaran secara daring di kawasan Pegunungan Menoreh tersebut terkendala akses internet.

Suroto mengatakan selama pandemi Covid-19 pihak sekolahnya telah melakukan anjuran pemerintah untuk melakukan pembelajaran daring. Namun banyak anak didiknya yang tidak bisa mengakses internet karena kondisi medan di daerah pegunungan.

Baca Juga

"Selain itu, ada juga orang tua siswa yang tidak memiliki Android sehingga tidak bisa untuk melakukan pembelajaran secara daring. Terpaksa saya mengunjungi rumah murid untuk melakukan pembelajaran langsung," katanya di Magelang, Senin.

Meskipun melakukan pembelajaran tatap muka, pihaknya tetap melakukan protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Menurut dia sekitar satu pekan setelah anak belajar di rumah pada pertengahan Maret, pihaknya bersama teman-teman guru lain memutuskan untuk mendatangi rumah murid untuk belajar bersama. Jika tidak seperti itu maka anak-anak tidak akan bisa belajar.

Selain kendala sinyal telepon seluler, orang tua juga kurang memahami materi pelajaran. "Banyak sekali yang tidak paham materi yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran daring. Dengan kedatangan kami ini, orang tua sangat senang karena bisa menjelaskan materi yang tidak dipahami siswa. Anak pun juga merasa senang karena bisa ketemu dengan gurunya dan jika ada kesulitan langsung bisa ditanyakan," kata pria 59 tahun itu.

Suroto mendatangi rumah siswa bukan karena perintah dari kepala sekolah, tetapi inisiatif sendiri. "Saya yang mendampingi anak. Kalau hanya secara daring terus sepertinya kurang maksimal. Anak mendapat tugas-tugas terus, padahal belum tentu mereka memahaminya," jelasnya.

Agar lebih efisien, Suroto melakukan pertemuan secara berkelompok. Siswa dalam satu dusun ada dua hingga tiga anak untuk belajar bersama. Namun ada juga hanya mendatangi satu anak karena tempatnya berjauhan dengan siswa yang lain.

"Dalam satu hari saya bisa mendatangi dua kelompok untuk melakukan pembelajaran dua hingga tiga jam setiap kelompok," kata pria yang sudah 35 tahun menjadi guru tersebut.

SD Kanisius Kenalan di Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah di Kawasan Pegunungan Menoreh ini letaknya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian beberapa siswanya juga berasal dari Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo.

Salah satu orang tua siswa Petrus Maryana merasa senang anaknya mendapat pembelajaran langsung dari guru, karena di daerahnya tidak bisa dilakukan pembelajaran secara daring. "Di sini tidak ada sinyal, kalau online terhubungnya lama sekali dan putus-putus. Terima kasih sekali pada Pak Suroto yang telah mau datang di tempat kami untuk mendidik anak-anak," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement