REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan masalah penyakit tuberkulosis atau TBC menjadi perhatian pemerintah saat ini selain masalah Covid-19. Sebab, jumlah kasus penderita TBC di Indonesia saja merupakan tertinggi ketiga di dunia setelah India dan China.
Karena itu, Presiden menargetkan untuk mengurangi penderita TBC sehingga pada 2030 nanti Indonesia menuju bebas TBC. “Kita mempunyai target untuk pengurangan TBC pada tahun 2030 ini menuju ke bebas TBC,” kata Jokowi saat membuka rapat terbatas percepatan eliminasi TBC di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/7).
Untuk menekan angka tingginya penularan TBC di Indonesia, Jokowi meminta agar jajarannya melakukan upaya percepatan penanganan. Presiden ingin agar pelacakan terhadap penderita TBC bisa dilakukan berbarengan dengan pelacakan agresif pasien covid.
Jika hal ini bisa dilakukan, kata dia, maka pelacakan para penderitanya pun dapat segera ditemukan sehingga penyebaran penyakit TBC dapat semakin ditekan. “Sekarang ini kita sudah memiliki model untuk covid. Yaitu pelacakan secara agresif untuk menemukan di mana mereka. Harus dilakukan ini. Ini mungkin kita nebeng covid ini kita juga lacak yang TBC,” jelas Jokowi.
Selain itu, Presiden juga meminta agar layanan diagnostik dan juga pengobatan para penderita TBC harus terus dilanjutkan hingga sembuh. Sedangkan stok obat-obatan untuk para penderita TBC harus dipastikan tersedia.
Jokowi pun siap untuk menerbitkan payung hukum seperti peraturan presiden jika memang dibutuhkan. “Kalau perlu memang butuh perpres atau permen segera terbitkan. Sehingga prinsip kita sejak awal, temukan, obati, dan sembuh itu betul-betul kita laksanakan. Seperti yang kita kerjakan pada covid ini kita copy untuk TBC,” kata Jokowi.
Selain itu, Presiden meminta agar upaya pencegahan dan promotif untuk mengatasi masalah TBC ini harus dilakukan oleh lintas sektor baik di Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, maupun di Kementerian PUPR untuk mengerjakan infrastruktur yang dibutuhkan.
“Terutama untuk tempat tinggal atau rumah yang lembab kurang cahaya matahari, kurang ventilasi terutama ini tempat-tempat yang padat, kepadatan lingkungan ini betul-betul sangat berpengaruh terhadap penularan antar individu,” jelas dia.
Jokowi mengatakan, TBC merupakan salah satu dari 10 penyakit menular yang menyebabkan kematian terbanyak di dunia, bahkan angkanya lebih besar dibandingkan kematian akibat HIV AIDS tiap tahunnya. Berdasarkan data yang dimilikinya, jumlah penderita TBC di Indonesia mencapai 845 ribu orang, namun yang ternotifikasi hanya 562 ribu orang. “Sehingga yang belum terlaporkan masih kurang lebih 33 persen. Ini hati-hati,” ujar dia.
Ia pun meminta agar kasus TBC ini harus diwaspadai. Sebab pada 2017 lalu kasus TBC di Indonesia telah menyebabkan 116 ribu orang meninggal dunia dan pada 2018 sebanyak 98 ribu orang meninggal. Sebanyak 75 persen pasien TBC pun merupakan perokok produktif yakni di usia 15 hingga 55 tahun.