REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tidak akan merevisi target realisasi investasi meski berada dalam tekanan pandemi Covid-19. Hingga akhir 2020, BKPM masih menargetkan total realisasi investasi mencapai Rp 817,2 triliun.
"Tidak ada revisi target lagi, kecuali nanti kasus Covid-nya naik lagi," kata Kepala BKPM Bahlil Lahadalia di Jakarta, Rabu (22/7).
Bahlil memperkirakan kondisi terberat akibat pandemi sudah terjadi pada kuartal II. Sehingga, ia optimistis realisasi investasi pada semester II nanti akan lebih baik dibandingkan semester sebelumnya.
"Kuartal II jadi cambukan dan pelajaran untuk bangkit di semester II, tapi saya bisa katakan insyaallah lebih baik di semester II," tutur Bahlil.
Sampai saat ini, Bahlil menjelaskan, total investasi sudah mencapai separuh dari jumlah yang ditargetkan yaitu sebesar Rp 402,6 triliun atau sekitar 49,3 persen. Adapun penyerapan tenaga kerjanya sebanyak 566.194 orang dari 57.815 proyek investasi.
Sepanjang semester I tersebut, Bahlil menambahkan, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) naik 13,2 persen secara tahunan menjadi Rp 207 triliun. Porsi PMDN ini mencapai 51,4 persen dari total keseluruhan investasi.
Sedangkan realisasi investasi dari Penanaman Modal Asing mengalami penurunan sebesar 8,1 persen atau hanya sebesar Rp 195,6 triliun. Sementara porsi PMA masih berada di bawah PMDN yaitu sebesar 48,6 persen.
Bahlil mengaku, BKPM saat ini lebih proaktif untuk mendatangkan investasi dari luar negeri. Salah satunya dengan pembentukan satgas investasi yang khusus bertugas memetakan potensi-potensi investasi yang bisa masuk ke dalam negeri.
"Kita proaktif, dulu investor cari pemerintah, sekarang investornya kita kejar. Investor juga butuh kepastian hukum, tenaga kerja tidak mahal dan tidak ada pungli pungli," terang Bahlil.
Selain itu, Bahlil mengungkapkan, BKPM pada tahun 2020 ini fokus mengatasi investasi mangkrak. Hingga sekarang, BKPM telah mengeksekusi sekitar Rp 410 triliun dari total investasi mangkrak sebesar Rp 708 triliun.