Kamis 23 Jul 2020 12:51 WIB

UNICEF: Pendidikan 40 Juta Anak Usia Dini Terdampak Pandemi

Studi mencatat, lebih dari 35 juta anak di bawah 5 tahun dibiarkan tanpa pengawasan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Pendidikan anak usia dini (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Pendidikan anak usia dini (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- UNICEF memprediksi, sedikitnya 40 juta anak usia dini di seluruh dunia kehilangan pendidikan akibat pandemi Covid-19. Lembaga PBB penyedia dana untuk kesejahteraan anak itu, melaporkan analisisnya dalam sebuah riset.

Kantor penelitian UNICEF, Innocenti, menggagas studi yang meninjau kondisi pengasuhan dan pendidikan anak usia dini secara global. Cakupan analisisnya termasuk dampak terhadap sejumlah layanan penting seperti tempat pengasuhan anak.

"Gangguan pendidikan yang disebabkan pandemi Covid-19 mencegah anak-anak mendapatkan pendidikan terbaik," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore, lewat pernyataan resminya, dikutip dari laman unicef.org, Selasa (21/7) waktu setempat.

Fore menyampaikan, kondisi demikian merupakan ancaman serius. Pasalnya, pendidikan anak usia dini merupakan fondasi penting untuk aspek perkembangan anak. Akibat pandemi, orang tua juga berjuang menyeimbangkan antara bekerja dan mengasuh anak.

Menurut studi UNICEF, perempuan cenderung mendapat beban tidak proporsional. Rata-rata perempuan, menghabiskan waktu tiga kali lebih lama melakukan pengasuhan anak sekaligus melakoni pekerjaan rumah dibandingkan laki-laki.

Pandemi juga memicu krisis lebih dalam bagi keluarga di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Banyak di antara mereka tidak dapat mengakses layanan perlindungan sosial dan fasilitas pengasuhan anak atau lembaga prasekolah.

Padahal, fasilitas itu sangat penting dalam memberikan anak-anak kasih sayang, perlindungan, stimulasi, dan nutrisi. Pada saat yang sama, layanan memungkinkan anak mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan kognitif.

Sebelum adanya pandemi, fasilitas pendidikan anak usia dini yang tidak terjangkau atau berkualitas memaksa banyak orang tua meninggalkan anak-anak di lingkungan yang tidak aman. Kondisi itu membuat mereka tidak terstimulasi dengan optimal.

Secara global, studi mencatat lebih dari 35 juta anak di bawah usia lima tahun dibiarkan tanpa pengawasan orang dewasa. Banyak anak kecil yang tetap di rumah tersebut tidak mendapatkan dukungan pembelajaran awal yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang.

Berdasarkan data terbaru, sekitar 40 persen anak berusia 3-5 tahun tidak menerima stimulasi sosial-emosional dan kognitif dari orang dewasa dalam keluarga. Hasil analisis itu didapat dari keluarga di 54 negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Dari peninjauan di total 166 negara, hanya kurang dari setengahnya yang menyediakan program pra-sekolah dasar gratis, setidaknya selama satu tahun. Saat ini, jumlah itu turun menjadi hanya 15 persen di antara negara-negara berpenghasilan rendah.

Kurangnya pilihan tempat pendidikan usia dini juga membuat banyak orang tua tidak punya pilihan. Para ibu yang bekerja di sektor informal cenderung membawa anak-anak mereka ke tempat kerja agar tetap bisa mengawasi buah hati.

Sembilan dari 10 perempuan di Afrika, serta tujuh dari 10 perempuan di Asia dan Pasifik bekerja di sektor informal dan tidak memiliki akses ke fasilitas perlindungan sosial. Itu juga berkontribusi pada siklus kemiskinan antargenerasi.

UNICEF menyerukan pemerintah menyediakan fasilitas pengasuhan dan pendidikan anak usia dini yang mudah diakses, terjangkau, dan berkualitas. Secara ideal, rentang usianya dimulai dari lahir hingga usia masuk ke sekolah dasar.

"Pandemi Covid-19 membuat krisis pengasuhan anak global semakin buruk. Keluarga membutuhkan dukungan dari pemerintah dan para pemilik usaha menghadapi badai ini, melindungi pembelajaran dan perkembangan anak-anak mereka," ujar Fore.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement