Jumat 07 Aug 2020 17:59 WIB

Satgas Jelaskan Alasan Thermo Gun Ditembakkan ke Dahi

Bagian tangan dan kaki, sudah jauh dari suhu tubuh inti.

Guru memeriksa suhu tubuh murid saat hari pertana masuk sekolah di SDN 11 Marunggi, Pariaman, Sumatera Barat, Senin (13/7). (ilustrasi)
Foto: ANTARA /Iggoy el Fitra
Guru memeriksa suhu tubuh murid saat hari pertana masuk sekolah di SDN 11 Marunggi, Pariaman, Sumatera Barat, Senin (13/7). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19, Budi Santoso menerangkan, alasan mengapa alat pengukuran suhu dengan termometer tembak (thermo gun) diarahkan ke dahi. Menurut Budi, hal itu dilakukan karena bagian dahi memiliki suhu mendekati temperatur tubuh inti.

"Memang tujuannya ingin mengetahui suhu tubuh yang paling mendekati dengan suhu bagian dalam tubuh," katanya dalam diskusi Satgas Penanganan Covid-19 yang diadakan di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (7/8).

Baca Juga

Budi mengatakan, terdapat beberapa bagian tubuh yang bisa digunakan untuk mengukur suhu tubuh inti (core body temperature). Yaitu, lewat dahi, lubang telinga, rongga mulut, ketiak dan dubur.

Bagian kepala dan badan, kata dia, memang suhu tubuhnya paling mendekati dengan suhu tubuh inti. Bagian tangan dan kaki, kata dia, sudah jauh dari suhu tubuh inti.

"Jadi suhu tubuh yang dihasilkan dari pemeriksaan itu jadi tidak akurat lagi," kata Budi Santoso.

Dalam kesempatan yang sama, Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 juga membantah kabar bahwa penggunaan thermo gun dapat membahayakan otak manusia. Menurut Shela Rachmayanti, anggota  tim pakar lainnya, termometer tidak mengeluarkan radiasi yang membahayakan untuk otak atau saraf-saraf yang ada di mata.

Shela juga memperingatkan para pengguna thermo gun untuk memeriksa suhu tubuh di tempat umum untuk tidak tertukar antara thermo gun untuk memeriksa suhu tubuh dan yang digunakan untuk suhu ruangan.

"Bahayanya adalah kita jadi tidak bisa mendeteksi suhu tubuh sebenarnya karena bukan diperuntukkan untuk tubuh jadi batas akurasinya lebih rendah," demikian kata Shela.

photo
Anak bermain saat pandemi Covid-19 - (Republika)

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement