REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deforestasi di sungai Amazon dan sekitarnya di Brazil sungguh mencenangkan. Dalam setahun belakangan, 9.205 kilometer persegi vegetasi disana hangus terbakar. Data itu diperoleh National Institute for Space Research (INPE).
Para peneliti INPE mendapat data dari sistem deteksi deforestasi Brazil (DETER) menggunakan satelit resolusi rendah. Data itu menampilkan lahan hutan Amazon yang lenyap. Peningkatan deforestasi mencapai 34 persen dibanding tahun lalu.
Maraknya deforestasi terjadi sejak Jair Bolsonaro menjabat sebagai Presiden pada Januari 2019. Selama presiden berkuasa, kawasan Amazon Brazil kehilangan 20.500 kilometer persegi lahannya akibat terbakar. Lahan seluas itu setara dengan luas negara bagian Massachusetts di Amerika.
Sayangnya, sistem DETER tak bisa memantau penyebab hilangnya lahan hutan. Namun diragukan kebakaran terjadi karena faktor alam karena kawasan Amazon sangat lembab hingga tak mungkin terbakar dengan sendirinya. Mayoritas, kebakaran terjadi karena ilegal logging, pertambangan dan pertanian.
"Tanah publik diinvasi kejahatan terorganisir hingga lahan hutan habis ditebang, dibakar," kata kepala komunikasi Pemantau Iklim Brazil, Claudio Angelo dilansir dari Gizmodo pada Sabtu (8/8).
"Satu hal yang harus diingat, bukan orang miskin yang menyebabkan deforestasi. Memotong pohon hutan itu mahal dan butuh biaya besar," tambah Angelo.
Tambang emas menjadi ancaman baru di kawasan Amazon. Lahan hutan dibabat demi mendapat emas di perut Amazon. Sangat disayangkan tak pernah ada tindakan tegas pada pembakar hutan meski sudah ada aturannya.
"Tingginya catatan deforestasi bukan karena tidak kompetennya kepemimpinan, tapi didesain," tegas Angelo.
Atas fenomena ini, sekitar 62 organisasi sipil di Brazil telah menyampaikan protesnya ke parlemen Brazil, pengusaha hingga parlemen Eropa. Mereka memaparkan betapa bahayanya jika Amazon sebagai salah satu paru-paru dunia habis terbakar. Namun hingga saat ini, belum ada tindakan apa-apa guna mengubahnya.