Sabtu 08 Aug 2020 23:01 WIB

UAS Bacakan Syair Ciptaannya di Hadapan Sastrawan

UAS membacakan syair miliknya berjudul 'Aku'.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
UAS Bacakan Syair Ciptaannya di di Hadapan Sastrawan. Ustadz Abdul Somad.
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
UAS Bacakan Syair Ciptaannya di di Hadapan Sastrawan. Ustadz Abdul Somad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustadz Abdul Somad atau yang biasa disapa UAS, membacakan syair miliknya berjudul Aku, Kamis (6/8) malam lalu di Anjungan Idris Tintin, Pekanbaru. Dalam acara Penyair Berwakaf Bersama UAS yang berfokus pada diskusi, pembacaan puisi dan musikalisasi puisi itu, UAS membacakan syairnya di hadapan pengunjung dan sastrawan seperti Taufik Ikram Jamil, Samsudin Adlawi, dan Dheni Kurnia.

Berikut adalah teks syair Aku oleh UAS.

Baca Juga

Kau

Ku sangka kau lambat, rupanya sangat cepat

Ku sangka kau jauh, rupanya sangat dekat

Ku sangka kau lupa, rupanya selalu ingat

Ku sangka kau salah, rupanya kau selalu tepat

Ku sangka kau lemah, rupanya kau kuat

Ku sangka kau lembut, rupanya kau menyengat

Kau datang secepat kilat

 

Kau memang luar biasa

Kesedihan berakhir saat kau tiba

Duka lara pun ikut sirna

Nestapa dibawa serta 

Risau hati dan luka-luka

Lenyap kau bawa bersama

Kau harapan akhir bagi mereka yang putus asa

 

Saat kau datang dalam gelap

Kata-kata menjadi gagap

Hati membuncah tiada terungkap

Yang terbayang khilaf dan silap

Nafas sesak terasa megap

Dunia lapang tapi tak telap mengungap

Kau ubah yang lezat jadi tak sedap

 

Saat kau datang 

Tanpa bayang-bayang

Yang berkuasa tumbang

Yang kaya raya hilang

Yang gagah perkasa melayang

Senyap senyap kau terbang

Tanpa ada yang bisa menghalang

 

Ruh pun keluar meninggalkan diri

Rasa sakit tiada terperi

Bak tebasan pedang beratus kali

Binatang mendengar hingga sanubari

Kalau pernah zikir bersemayam dalam hati

Itulah yang terngiang di telinga kanan dan kiri

Lidah bergerak menyebut Robbul-'izzati

 

Tinggallah padi sedang menguning

Tinggallah perigi berarir bening

Tinggallah baju hijau, merah dan kuning

Tinggallah kawan dekat dan yang asing

Tinggallah semua permainan hingga gasing

Tinggallah luka, sakit dan kepala pusing

Semua diurus masing-masing

 

Jasad tiada bergerak

Orang ramai mulai datang berdesak-desak

Ada yang menangis terisak-isak

Ada pula sibuk kusuk-kasak

Ada yang sedih banyak yang purak-purak

Orang berbuat kita tak mampu menolak

Jatuh tanda buah sudahlah masak

 

Jasad pun terbujur

Diarak ke tepi kubur

Anak menantu menangis menjulur

Kawan dekat tak dapat menghibur

Hanya amal yang paling jujur

Istighfar menjelang sahur

Membuat dosa menjadi gugur

 

Satu persatu mereka pulang ke rumah

Hubungan dekat berakhirlah sudah

Yang dulu baik sekarang tak lagi ramah

Cinta kasih hanya tinggal sejarah

Kalau pernah membentang sajadah

Bersedekah agak sezarrah

Malam pertama di alam barzakh

 

Mereka mulai menghitung-hitung

Berapa warisan setinggi gunung

Berebut hingga sampai ke payung

Anak bingung menantu menggunggung

Rumah dibagi dijual langsung

Emas di peti tak lagi terkurung

Kita tetap dikunyah belatung

 

Andai dulu membina masjid

Andai dulu menolong orang sakit

Andai dulu hidup berpahit-pahit

Supaya ditolong saat terbelit

Andai berjihad luka di kulit

Sebelum alam kubur menjepit

Tiada lagi guna emas dan ringgit

 

Waktu sehat tak mau menolong

Waktu berkuasa, sombong

Waktu dipercaya, bohong

Duit tak keluar dari kantong

Ke maksiat condong

Korupsi begotong royong

Sekarang jasad terpotong-potong

 

Di alam barzakh berzaman-zaman

Nama besar tak jadi ingatan

Kuasa tak jadi jaminan

Yang kekal hanya iman

Anak cucu berkirim doa selamat dan Yasinan

Liang kubur menjadi taman

Doa bersahut menjelang azan

 

Malaikat datang membawa doa

Dari tuan Taufiq Ikram Jamil dan Aris Abiba

Tuan Samsudin Adlawi berkirim fatiha

Ada Qulhu dari Eko Ragil al Rahman dan Deni Kurnia

Doa tuan Syaukani Karim di kala senja

Puan Juliana menabur bunga

Tanda bersahabat hingga ke akhir masa

 

Kalau Babah pergi nanti

Jangan bersedih berhari-hari

Kita pasti bersua lagi

Di dalam surga bersama Nabi

Kalau hinggap susah di hati

Hadapkan diri pada Ilahi

Ucapkan di lidah dan hati ya Robbi

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement