Ahad 16 Aug 2020 17:37 WIB

Enam Tahun Cuci Darah, Endeh Terbantu Program JKN-KIS

Ia kini berjuang untuk menafkahi keluarganya dengan berjualan barang kelontongan.

Endeh (47), Warga  Dusun Cijengkol Desa Cikoneng Kecamatan Ganeas, menjadi salah satu peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Foto: BPJS Kesehatan
Endeh (47), Warga Dusun Cijengkol Desa Cikoneng Kecamatan Ganeas, menjadi salah satu peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Endeh (47), Warga  Dusun Cijengkol Desa Cikoneng Kecamatan Ganeas, menjadi salah satu peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang merasa sangat bersyukur telah dibantu biaya pengobatannya. Ibu satu anak ini mengaku telah mengalami sakit gagal ginjal sejak 6 tahun lalu.

Selama itu pula, Endeh harus menjalani pengobatan cuci darah atau yang lebih dikenal hemodialisa dengan memanfaatkan JKN-KIS. “Sangat bersyukur sekali ada BPJS Kesehatan. Jika saya tidak terdaftar sebagai peserta JKN-KIS mungkin saat ini saya sudah tidak ada di dunia ini,” ucap Endeh dengan penuh haru kepada Jamkesnews.

Endeh bercerita, bahwa dirinya kini berjuang untuk menafkahi keluarganya dengan berjualan barang kelontongan. Dengan pendapatan yang tidak menentu setiap harinya, ia harus membiayai hidup satu keluarga serta sekolah anaknya. Ia pun tak bisa membayangkan dari mana bisa membiayai cuci darah jika belum menjadi peserta JKN-KIS.

Untuk periksa ke dokter spesialis saja per pertemuan bisa mencapai 400 ribu. Sedangkan untuk cuci darah satu kali keluar biaya sejuta. Padahal satu minggu butuh dua kali cuci darah, sehingga paling tidak sudah 2 juta sendiri.

"Belum lagi biaya untuk sekolah anak. Saya hidupnya bagaimana kalau tidak ada BPJS Kesehatan. Alangkah baiknya pemerintah sudah menghadirkan Program JKN-KIS yang dikelola BPJS Kesehatan. Berkat program ini biaya pengobatan yang seharusnya dikeluarkan bisa dialihkan untuk biaya kebutuhan lainnya,” katanya.

Endeh mengatakan baginya terdaftar sebagai peserta kelas 3, tidak masalah yang penting jaminan kesehatannya terlindungi. Endeh tidak bisa membayangkan jika ia tidak terdaftar sebagai peserta JKN-KIS betapa besar biaya pengobatan yang harus ditanggung.

Menurutnya, sebagai orang desa, Endeh telah merasakan pahit getirnya mencari uang. Dengan terdaftar menjadi peserta JKN-KIS, Endeh merasa telah banyak dibantu.

“Kalau ada orang yang tanya kenapa ikut jadi peserta JKN-KIS, akan saya jawab dengan lantang seharusnya anda bersyukur. Ikut jadi peserta JKN-KIS itu untungnya banyak sekali. Soalnya saya sendiri sudah merasakan manfaatnya. Makanya saya sering menginfokan ke orang-orang agar jangan malas mengurus kepesertaan JKN-KIS. Itu dilakukan untuk kebaikan diri kita,” ujar Endeh.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement