REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL – Sebuah laporan yang diterbitkan lembaga pemikir Amerika Serikat (AS) Century Foundation menyebutkan, mayoritas dari sekitar 30 ribu orang Mesir yang tinggal di Turki merupakan pendukung setia gerakan Ikhwanul Muslimin.
Laporan yang diterbitkan pada Senin (17/8) itu mengutip seorang pemimpin oposisi yang berbasis di Istanbul. Dalam laporan itu disebutkan, jumlah pasti orang Mesir di Turki tidak diketahui. Namun, pendukung gerakan itu berjumlah sekitar 20 ribu.
Dilansir di Ahval, Kamis (20/8), Turki menjadi tuan rumah bagi beberapa nama terkenal dari gerakan itu. Misalnya Medhat Al Haddad, yang dituduh oleh pemerintah Mesir memimpin komite keuangan dari gerakan Ikhawanul Muslimin di Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan disebut telah berupaya menyediakan tempat aman bagi anggota gerakan Ikhwanul Muslimin yang dipersekusi, menyusul penggulingan pemimpin gerakan itu, Mohammed Morsi, sebagai presiden Mesir pada Juli 2013.
Tidak hanya itu, Ikhwanul Muslimin juga dicap sebagai organisasi teroris di negara Afrika Utara itu.
Turki dilaporkan menampung lusinan tokoh paling kuat dan berpengaruh dari gerakan Ikhwanul Muslimin. Sebaliknya, anggota Ikhwanul Muslimin merangkul Presiden Turki tersebut sebagai mentor politik dan sekutu dekat.
Menurut laporan lembaga think-tank ini, pembicara utama dari gerakan tersebut menggambarkan Erdogan sebagai 'sultan', dan Turki sebagai rumah dari 'kekhalifahan'.
Laporan itu mengatakan, Ikhwanul Muslimin terinspirasi oleh keefektifan Erdogan, sikapnya yang keras kepala, serta program politiknya yang sukses dan ideologi yang jelas.
Sumber: https://ahvalnews.com/muslim-brotherhood/turkey-home-some-20000-muslim-brotherhood-members-report