REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Sampah dari wadah dan peralatan makan sekali pakai membanjiri jalan-jalan dan dan taman di Hong Kong. Hal ini terjadi sejak pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) yang membatasi orang-orang makan langsung di restoran.
Pembatasan makan langsung di restoran atau dikenal dengan istilah dine in diberlakukan di Hong Kong saat ini, khususnya setelah pukul 18.00 waktu setempat. Pada waktu lain, restoran hanya dapat beroperasi dengan kapasitas setengah dan dengan dua orang per meja.
Akibatnya, kemasan plastik yang diberikan oleh restoran untuk produk-produknya meningkat dua kali lipat saat ini, dibandingkan pada tahun lalu. Makanan yang dibawa pulang adalah satu-satunya pilihan bagi banyak orang saat tidak memasak di rumah.
Ratusan ribu orang di Hong Kong selama ini tinggal di apartemen yang hanya memiliki dapur kecil atau bahkan tidak ada karena keterbatasan lahan di kota administratif Cina tersebut. Trotoar di area pemukiman dan perkantoran dilaporkan saat ini dipenuhi dengan kotak styrofoam dan cangkir kopi yang terlihat ‘meluap’ dari tempat sampah.
Sementara, kantong dan pembungkus plastik terlihat mengambang di lokasi berenang yang populer bagi warga Hong Kong. Ini dinilai sebagai masalah besar karena masyarakat yang tidak menyadari atau belum sadar terhadap bahaya penggunaan kemasan plastik seperti yang disuarakan oleh para aktivis iklim global.
“Bagi banyak orang, masalah terbesar adalah tidak menangani sampah mereka sendiri setiap hari sehingga mereka tidak menyadari skala konsumsi mereka sendiri," ujar Tracey Read, pendiri Plastic Free Seas di Hong Kong, dilansir Asia One, Jumat (21/8).
Penduduk Hong Kong diketahui mengonsumsi lebih dari 101 juta barang plastik sekali pakai untuk dibawa pulang setiap pekannya. Menurut organisasi lingkungan Greeners Action, jumlah ini lebih dari dua kali lipat dibanding yang dibuang pada 2019.