Selasa 25 Aug 2020 14:36 WIB

Alumni Habibie Sambut Positif N250 Masuk Museum

Museum dapat menjadi wahana untuk mendongkrak daya imajinasi warga bangsa

Rep: m nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
Pesawat N250 Prototipe Aircraft 01 (PA01) Gatotkaca selesai perakitan di Pangkalan TNI AU Adisutjipto, Yogyakarta, Senin (22/8). Selanjutnya hanya melengkapi bagian kecil sebelum serah terima dehnay pihak museum. Sebagai pesawat buatan anak bangsa pertama N250 Gatutkoco menjadi koleksi ke-60. Dan diharapkan bisa menginspirasi pengunjung Museum Pusat Dirgantara Mandala Yogyakarta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pesawat N250 Prototipe Aircraft 01 (PA01) Gatotkaca selesai perakitan di Pangkalan TNI AU Adisutjipto, Yogyakarta, Senin (22/8). Selanjutnya hanya melengkapi bagian kecil sebelum serah terima dehnay pihak museum. Sebagai pesawat buatan anak bangsa pertama N250 Gatutkoco menjadi koleksi ke-60. Dan diharapkan bisa menginspirasi pengunjung Museum Pusat Dirgantara Mandala Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) menyambut baik penyerahan pesawat N250 Prototype Aircraft 01 (PA01) Gatotkaca rancangan BJ Habibie ke Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Yogyakarta. 

Ketua IABIE Bimo Sasongko mengatakan N250 merupakan pesawat karya anak bangsa N250 yang selama ini telah menjadi ikon kemajuan bangsa Indonesia. IABIE memandang langkah Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto demi kesinambungan dan pengembangan aspek kedirgantaraan nasional selama ini sangat visioner.

"Salah satu langkah visioner Panglima TNI dan TNI AU adalah menempatkan Gatotkaca yang merupakan purwarupa pesawat N250 yakni PA-1 (prototype aircraft pertama) hasil rancang bangun PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Muspusdirla," ujar Bimo dalam siaran pers yang diterima Republika di Jakarta, Selasa (25/8).

Bimo menyebut keputusan tersebut memang sempat menimbulkan pertanyaan besar terkait dengan manfaat dan nilai tambah tentang memuseumkan N250 mengingat selama ini publik masih melihat museum sebagai tempat yang sunyi sepi dan kurang mendapat perhatian. Namun, kata Bimo, Panglima TNI memiliki perhatian besar dan misi yang strategis untuk kemajuan bangsa. 

Kata Bimo, museum dapat menjadi wahana untuk mendongkrak daya imajinasi warga bangsa, sarana pendidikan, tempat untuk menggali inspirasi, memelihara jiwa nasionalisme dan sebagai wahana untuk melestarikan warisan berharga para tokoh bangsa. Terlebih, lanjut Bimo,  Muspurdirla juga akan dilengkapi dengan infrastruktur museum yang canggih, yakni dilengkapi dengan berbagai teknologi 4.0 yakni penggunaan augmented reality (AR) untuk beberapa koleksi yang ada.

Bimo menjelaskan, Presiden Ketiga RI BJ.Habibie setelah tidak menjabat juga aktif melahirkan inisiatif terkait dengan kebudayaan dan juga museum. Bahkan beliau telah menyelenggarakan Festival Habibie yang menggelar hasil-hasil karyanya juga bertempat di museum, yakni Museum Nasional atau Museum Gajah.

"BJ Habibie juga sangat dekat dengan para budayawan dan seniman. Hal itu ditandai dengan melibatkan Museum Bank Mandiri untuk pembuatan Film Rudy Habibie. Sebagian adegan film tersebut tempatnya diambil dari museum tersebut," kata Bimo. 

Bimo menilai seluruh negara pada saat ini melakukan transformasi pengelolaan museum menjadi lebih modern  dan melibatkan teknologi canggih. Transformasi itu tentunya bisa memanjakan pengunjung menikmati fasilitas ruang pamer yang atraktif dan bisa memvisualisasikan imajinasi mengenai obyek tertentu. Pada saat ini sistem informasi dan visualisasi canggih museum yang sangat ideal dan patut dicontoh adalah milik Smithsonian. 

"Kita bisa berselancar dalam situs Smithsonian yang spektrummya sangat luas dan beragam serta disajikan secara menarik. Berbagai macam peradaban yang pernah ada di bumi, fenomena alam, proses inovasi, semuanya ada dalam koleksi Smithsonian," lanjut Bimo. 

Bimo mengatakan masyarakat bisa melakukan napak tilas berbagai peristiwa sejarah dan kreativitas warga dunia yang karyanya telah merubah dunia. Napak tilas tersebut sangat penting untuk mendorong daya inovasi masyarakat mengenai dialektika para penemu atau inovator tingkat dunia. Semua itu tersaji dalam film dan sistem informasi yang sangat manawan dan mudah diakses. 

"Dari museum aerospace yang menampilkan berbagai macam pesawat ruang angkasa hingga fenomena gunung berapi yang ada di bumi semua tersaji secara fantastis. Eksistensi museum Smithsonian American Art Museum selama ini mampu mendorong kreativitas bangsa," kata Bimo. 

Bimo menilai Museum Nasional atau Museum Gajah di Jakarta juga telah mengikuti jejak Smithsonian. Hal itu  seperti terlihat dalam event Festival Habibie yang diselenggarakan Agustus tahun lalu bertempat di Museum Nasional yang mana festival tersebut telah memamerkan benda-benda bersejarah yang terkait dengan Presiden RI ketiga.

Festival tersebut  juga mengemukakan karya-karya besar serta inovasi teknologi yang berpengaruh besar dalam perjalanan bangsa."Visi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto terkait dengan peran museum demi kesinambungan dan pengembangan kerdirgantaraan perlu dipahami secara utuh. Di masa mendatang rakyat berharap agar Muspurdirla bisa setara dengan Museum Dirgantara Nasional Amerika Serikat (National Air and Space Museum (NASM) yakni museum yang terletak di Washington, D.C, Amerika Serikat yang dibuka pada 1976," kata Bimo. 

Pada museum itu terdapat koleksi terbesar pesawat terbang dan pesawat angkasa. Museum ini juga menjadi wahana startegis untuk penelitian sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan dan penerbangan luar angkasa, dan juga pengetahuan planet dan geologi dan geofisika.

Bimo mengatakan penempatan N250 ke museum Muspurdirla menjadi momentum untuk reinventing jembatan udara nasional. Peresmian penempatan N250 dan obyek lainnya kedalam museum juga upaya untuk melanjutkan rintisan yang telah dilakukan oleh Nurtanio sejak perang kemerdekaan. Perjuangan Nurtanio tersebut dilanjutkan oleh BJ Habibie dengan membangun Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kemudian menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

"Kini perlu revitalisasi industri dirgantara untuk mewujudkan impian Ibu Pertiwi tentang jembatan udara serta mengatasi persoalan nasional terkait dengan kebutuhan SDM yang dihadapi industri penerbangan dan juga TNI AU," ucap Bimo. 

Bimo menjelaskan kondisi pesawat komuter yang dipakai untuk penerbangan perintis juga masih sarat dengan masalah. Jumlah pesawat dan SDM penerbangan yang mendukung penerbangan perintis masih kurang. Pesawat komuter kebanyakan bekas pakai atau sewa dari luar negeri. 

"Inilah yang mendorong agar adik Gatotkoco yakni pesawat N-219 segera mendapat sertifikasi dan diprodukssi secara massal untuk melayani penerbangan komuter. Kita patut mengelus dada melihat pesawat komuter ATR berbagai tipe yang kini menjadi armada perintis dan populasinya kini semakin banyak," sambung Bimo. 

Bimo mengatakan bermacam tipe pesawat ATR produksi bersama Perancis Aerospatiale dan Italia Aeritalia (Alenia) selama ini telah menjadi jembatan udara kepulauan nusantara. Eksistensi pesawat ATR, ucap Bimo, pernah menyebabkan hati rakyat Indonesia pilu, khususnya bagi BJ Habibie. Pasalnya pesawat sekelas ATR 42-300 buatan PT Dirgantara Indonesia, yakni pesawat N-250 gagal diproduksi masal karena dihambat oleh pihak luar sehingga program nasional itu terkendala sertifikasi dan pendanaan. Kini ATR yang notabene buatan asing itu telah mendominasi penerbangan komuter negeri ini.

Sebenarnya, lanjut Bimo, Indonesia pernah memiliki strategi pengadaan pesawat komuter dengan cara memproduksi sendiri yakni pesawat jenis pesawat NC-212, CN-235 dan N-250 hasil rancang bangun PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Namun, karena dihadang masalah pembiayaan, maka program pesawat N-250 yang diproyeksikan menjadi andalan sebagai pesawat komuter canggih di negeri ini berhenti ditengah jalan.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement