REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam rangka perayaan Kemerdekaan ke-75 RI, Yayasan EcoNusa mengajak masyarakat bergerak melindungi keberadaan hutan Indonesia untuk generasi sekarang dan nanti lewat konser virtual “Hutan Merdeka #BeradatJagaHutan.”
Hasil pemantauan hutan Indonesia pada 2019 menunjukkan luas lahan berhutan dari seluruh daratan Indonesia adalah 94,1 juta hektar (ha) atau 50,1 persen dari total daratan. Hutan Indonesia berperan sebagai sumber penghidupan masyarakat adat, rumah bagi keanekaragaman hayati, serta wadah penyimpanan karbon dunia. Hal itu menunjukkan hutan Indonesia memiliki peran penting untuk kehidupan seluruh masyarakat, baik itu masyarakat adat di Indonesia maupun masyarakat adat secara global.
Masyarakat Indonesia boleh berbangga hati, karena Indonesia menjadi satu-satunya negara pemilik hutan hujan tropis yang mendapat apresiasi internasional atas keberhasilannya menurunkan angka deforestasi. Usaha pemerintah mengurangi angka deforestasi, seperti menunda pemberian izin baru, penyempurnaan tata kelola alam dan lahan gambut, pengendalian kebakaran hutan dan lahan, memberikan kontribusi nyata dalam menekan laju deforestasi.
Kebanggaan atas hutan Indonesia dapat diwujudkan dalam bentuk komitmen menjaga hutan tetap lestari. Ancaman terhadap hutan masih tetap ada, karena bisa mengancam kelestarian hutan dan keberlangsungan hidup masyarakat adat di dalamnya.
Selain itu, pandemi global Covid-19 juga menjadi ancaman baru bagi masyarakat adat. Masyarakat adat yang merupakan garda terdepan menjaga hutan menjadi kelompok paling rentan terpapar virus corona. Pola hidup masyarakat adat yang komunal dan memiliki ketergantungan tinggi terhadap sesama anggotanya, tentu membuat risiko terkena virus corona menjadi tinggi.
Melalui konser virtual “Hutan Merdeka” itu, Yayasan EcoNusa mengajak masyarakat Indonesia memberikan bantuan nyata mengurangi risiko penyebaran virus corona di antara masyarakat adat.
CEO Yayasan Econusa, Bustar Maitar mengatakan keberadaan masyarakat adat perlu dilindungi, karena mereka yang selama ini berkontribusi menjaga dan mengelola hutan Indonesia.
Hutan dan masyarakat adat memiliki hubungan ketergantungan yang erat, tanpa keduanya upaya Indonesia mengurangi laju deforestasi akan sia-sia. Karena itu, menurut dia, perlu ada gerakan bersama menjaga dan melindungi eksistensi hutan dan masyarakat adat yang juga merupakan identitas bangsa.
“Konser ini mengajak masyarakat bergerak bersama #BakuDukung untuk hutan dan masyarakat adat yang saat ini sedang dalam ancaman, baik ancaman ekspansi industri maupun ancaman virus corona,” kata Bustar dalam keterangan tertulisnya, Jumat (28/8).
Konser virtual “Hutan Merdeka #BeradatJagaHutan” diisi musisi-musisi Indonesia, seperti Slank, Barasuara, Iwa K, Hindia, Ipang, Michael Jakarimilena, Nowela, Molucca Bamboowind Orchestra, dan Bengkel Mambriben Art.
Nowela merupakan penyanyi yang tumbuh dekat dengan alam dan masyarakat adat Papua. Dia lahir dan besar di Wamena, Papua.
Nowela mengingatkan hutan terbesar ada di Indonesia Timur, jika hutan yang tersisa itu habis, maka Indonesia tidak punya apa-apa lagi. “Kesadaran menjaga hutan harus datang dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang paling kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan saat berwisata ke wilayah hutan,” ujar dia.
Dalam konser itu, masyarakat Indonesia dapat berkontribusi langsung dengan berdonasi melalui platform https://kitabisa.com/campaign/bakudukungcegahcovid untuk perlindungan masyarakat adat dari virus corona. Konser Hutan Merdeka #BeradatJagaHutan ditayangkan melalui kanal Youtube EcoNusa TV pada Sabtu (29/8) pukul 17.00 WIB.