Rabu 02 Sep 2020 19:49 WIB

Dari 24 Sampel Covid-19 RI, Sembilan Bermutasi Jadi D614G

Menristek menyebut belum ada bukti mutasi virus corona D614G lebih berbahaya.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia telah mengirim 24 sampel virus genom atau whole genom sequencing (WGS) SARS-CoV2 penyebab Covid-19 ke lembaga global GISAID. Hasilnya, sembilan di antaranya bermutasi menjadi virus corona jenis baru yaitu D614G. Bahkan, D614G mendominasi hasil uji seluruh sampel di GISAID.

"Dari 24 WGS yang dikumpulkan Indonesia (ke GISAID), sembilan di antaranya mengandung mutasi D614G. Rinciannya dua dari Surabaya, tiga dari Yogyakarta, dua dari Tangerang dan Jakarta, dan dua dari Bandung," ujar Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Soemantri Brodjonegoro saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Mutasi Coronavirus D614G, Rabu (2/9).

Baca Juga

Bambang menambahkan, dari sembilan virus corona yang bermutasi D614G ini, satu di antaranya berasal dari Jakarta dan masuk dalam kategori dalam GR dan delapan lainnya dari luar Jakarta masuk kategori GH. Bahkan, ia menyebutkan temuan mutasi virus ini mendominasi dalam temuan GISAID.  Ini terbukti ketika melihat WGS yang sudah ada di GISAID dari seluruh dunia, sekitar 78 persen mengandung mutasi virus D614G.

"Artinya mutasi D614G ini sudah mendominasi virus SARS-CoV2," ujarnya.

Bahkan, ia menjelaskan virus ini sebenarnya telah ditemukan pertama kali pada Januari 2020 di Jerman dan China. Meski kini mendominasi dalam temuan hasil uji sampel WGS di GISAID termasuk dari Indonesia, ia mengklaim D614G ini tidak berbahaya.

Ia mengutip pernyataan presiden GISAID yang telah berbincang dengan pihaknya bahwa belum ada bukti yang menyatakan mutasi virus menjadi D614G ini lebih ganas dan lebih berbahaya dibandingkan Covid-19. Presiden GISAID, dia melanjutkan, menyampaikan bahwa mutasi virus ini sama dengan Covid-19 yang kini tengah dialami masyarakat di dunia.

"Artinya, belum ada bukti, baik terhadap penyebaran maupun keparahan dari penyakit Covid-19 itu sendiri," katanya.

Karena itu, ia memastikan pengaruh dari D614G ini tidak akan mengganggu upaya pengembangan vaksin karena mutasi virus ini tidak menyebabkan perubahan struktur maupun fungsi dari Receptor-Binding Domain (RBD) yang merupakan bagian dari virus yang dijadikan target vaksin. Ia menambahkan, upaya pengembangan vaksin Covid-19 seperti vaksin merah putih di Tanah Air dan vaksin di luar negeri tidak akan terganggu dengan mutasi virus D614G. Lebih lanjut, ia meminta masyarakat tidak panik yang berlebihan menghadapi D614G tetapi tetap penuh waspada.

"Karena bagaimanapun yang namanya Covid-19 atau SARS-CoV2 ini akan tetap ada," ujarnya.

Artinya, ia menambahkan, pandemi ini akan tetap berlangsung dan masyarakat tetap menjalankan upaya 3M yaitu mengenakan masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan menjaga jarak atau tepatnya menghindari kerumunan. Ia meminta masyarakat menjalankan upaya 3M secara disiplin dan konsisten.

photo
Mengapa Vaksin Itu Penting? - (UGM)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement